Pada suatu masa Korea Selatan menghukum diktatornya, memenangkan dan menanam nilai buat sejarah. Sedang kita bahkan tak pernah mendapat pelajaran sederhana tentang keadilan. Maaf memaafkan untuk kesalahan-kesalahan besar, melupakannya seiring waktu berjalan, tak ada pelajaran apa-apa yang tersisa, kecuali akal-akalan dan hilangnya kepribadian.
Di Korea seorang menteri mundur tanpa diminta karena listrik padam. Sementara di sini 135 nyawa hilang di Kanjuruhan, para petinggi sibuk memunggungi tragedi, publik pun lamat-lamat latah untuk lupa. Adab kita mungkin berbeda dengan mereka, tapi setidaknya kegilaan pada drama Korea dan K-Pop telah membuat kita serupa. Saya ikut-ikutan berdemonstrasi seperempat abad silam sembari meneriakkan "Turunkan Soeharto!", tentu saja bukan untuk ini.
 Penulis: Adityo Fajar - Kepala Bidang Ideologi dan Kaderisasi Partai Buruh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H