Mohon tunggu...
Suhardi Saming
Suhardi Saming Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Melangkah untuk menjadi lebih baik

Memulai adalah awal perubahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Katanya Negeri yang Kaya, tapi Mengapa?

16 November 2021   16:16 Diperbarui: 16 November 2021   16:46 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanah air yang molek, dilukiskan oleh Edward Douwes Dekker, "laksamana sabuk untaian zamrud yang melilit Khatulistiwa", "tanah air yang kaya yang dilukiskan dalam kitab klasik ramayana 2500 tahun yang lalu sebagai negeri Suarna Dwipa(Pulau Emas), tanah air yang beraneka warna laksamana taman sari dunia.

Tapi dimana sabuk untaian zamrud itu, dimana tanah air yang kaya itu, dimana pulau emas itu, dimana taman sari dunia itu, sudah lengkap?  

Atau dikuasai oleh penguasa yang bermuka bijaksana tapi dibalik nya penuh dengan keserakahan, sedih hati ini ketika seorang pemuda di luar sana menangis bkn karena putus cinta, tapi menangis melihat dengan mata telanjang negeri ku dalam ujung tanduk dunia, 

air mata ku menetes terbayang negeri ku yang kaya tapi di dalamnya penuh dengan kemiskinan, penuh dengan kesengsaraan, dimana taman surga dunia itu, dimana penguasa yang menjadi wakil kami, yang dipercaya memimpin bangsa tapi mereka adalah pemimpin pemimpin yang bermata seribu, mereka penuh dengan duri dalam selimut halus, wahai negeri ku sesak dada ini, ketika ku berjalan ada begitu banyak pemuda yang tidak lagi peduli padamu dimana ka sejarah itu kenapa tidak lagi menjadi cerminan bagi penerusmu, 

sedih parah pejuang mu wahai negeri ku, keluarga, harta, nyawa mereka pertaruhkan demi kamu wahai negeri ku tapi semua itu hanya lah kenangan yang penuh dengan cacian dan cerita di pojok lentera, wahai negeri ku hati ini sedih dimana pemimpin yang tegas itu, pemimpin bijaksana mu, ku tunggu kamu dalam pelukan Kepemimpinan dimasak akan datang ridho mu adalah restu dari para pendahulu kami, kedua orang tua kami dan sang maha pencipta lah yang maha mengetahui atasan segalanya sungguh Allah mengetahui apa yang kita tdk ketahui

"kata hati serta tetesan air dalam pemuda negeri "

Oleh :Suhardi. S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun