Kekasihku yang sejuk lagi tenang.
Seorang teman mencari tahu tentang mu, ia menanyaiku. Bagaimana mungkin kekasih ku yang memberi ketenangan, sedang dalam shalat pun nama mu kusembunyikan. Pun dengan khabar ini, bukan dan aku yakin tak sampai pada mu.
Dikatakannya aku berdalih, dikatakannya aku gila. Ia lupa kekasihku, bahwa orang waras menuduh orang waras sebagai gila adalah sebenar gila.
Barangkali benar aku dalam kegilaan, kekasihku, tapi dalam mencintaimu., Sebab aku sering bicara sendiri dalam hati, menyebut namaNya, sembari memohon ampun karena terlalu mencintaimu ciptaanNya.
Kau tahu kekasihku?
Ada banyak lelaki bertopeng di dunia ini. Ia menawarkan cinta tapi meminta wanita merawatnya, menulis syair nan indah tapi menghancurkan keindahan wanita.
Tapi tak perlu kau takuti kekasih ku, meskipun lelaki berwatak penjajah, aku memilih mu untuk perdamaian...
Mari kekasih ku, kita nikmati, ketenangan ini, dalam damai, bebas ekspresi, sampai nanti, kita mati.
Suhardin, 27 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H