Anda mungkin berpikir, itu kan cerita dalam novel yang merupakan karya fiksi. Fiksi adalah rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan.
Kalau kita menelisik pandangan ahli sastra, mereka mengatakan bahwa karya sastra selalu menggambarkan apa yang di lingkungan sosial penulisnya. Itu artinya, pemantik lahirnya sebuah cerita biasanya berlandaskan fakta. Tapi dalam penyampaiannya cerita dipoles dengan imajinasi, sehingga menarik untuk diikuti.
Atau kurang yakin dengan pandangan seperti itu, kita bisa mengecek sendiri. Apakah ada berita tentang oknum polisi yang bertindak semena-mena di suatu tempat? Saya kira ada banyak.
Begitu pun contoh pada kasus kedua di atas. Kita pernah membaca berita bagaimana sulitnya penyintas pelecehan seksual melaporkan masalahnya ke polisi. Sampai-sampai dulu pernah ada tagar: #PercumaLaporPolisi.
Dari beberapa contoh kasus citra Polri yang buruk dalam karya sastra, maka menurut saya, itu menandakan trauma masyarakat pada lembaga ini sudah berlangsung lama. Saking lama dan banyaknya kasus, sampai-sampai ada seniman (sastrawan) yang mengabadikan kenangan itu dalam cerita.
Ketika kenangan buruk itu masuk dalam karya seni seperti cerita, maka ia berpotensi untuk menyebar dan dibaca lebih banyak orang. Hasil bacaan itu tentunya membentuk persepsi, sehingga citra buruk itu akan terus terekam dalam alam bawah sadar.
Cara Meningkatkan Citra Polri
Kalau citra Polri sudah dikenang dalam ingatan publik seperti itu, apakah masih ada kesempatan untuk diubah? Saya pikir kesempatan pada hal-hal baik selalu terbuka, tinggal bagaimana niat baik itu diterapkan secara terstruktur, sistematis, dan masif.
Sekali lagi kita bersyukur, Kapolri Listyo Sigit Prabowo telah memulai reformasi di tubuh Polri. Waktu itu kita masih ingat bagaimana pimpinan tinggi di kepolisian dipanggil secara khusus oleh Presiden Jokowi.
Itu memang pertemuan tertutup, tapi dengan mudah kita simpulkan dalam pertemuan itu tentunya Pak Jokowi menyinggung soal citra Polri juga. Kita bisa melihat manifestasinya setelah itu ada upaya reformasi yang kini membuat kepercayaan publik mulai meningkat sampai 62 persen.
Kita bersyukur Kapolri Listyo Sigit Prabowo menjadi penggerak perubahan tersebut. Kita tahu, setiap lembaga itu diibaratkan tubuh. Kalau kepalanya sudah bergerak ke kiri, maka bagi ekor pasti mengikuti.