Mohon tunggu...
Saverinus Suhardin
Saverinus Suhardin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat penulis

Saverinus Suhardin. Seorang Perawat yang senang menulis. Sering menuangkan ide lewat tulisan lepas di berbagai media online termasuk blog pribadi “Sejuta Mimpi” (http://saverinussuhardin.blogspot.co.id/). Beberapa opini dan cerpennya pernah disiarkan lewat media lokal di Kupang-NTT, seperti Pos Kupang, Timor Express, Flores Pos dan Victory News. Buku kumpulan artikel kesehatan pertamanya berjudul “Pada Jalan Pagi yang Sehat, Terdapat Inspirasi yang Kuat”, diterbikan oleh Pustaka Saga pada tahun 2018. Selain itu, beberapa karya cerpennya dimuat dalam buku antologi: Jumpa Sesaat di Bandara (Rumah Imaji, 2018); Bingkai Dioroma Kehidupan: Aku, Kemarin dan Hal yang Dipaksa Datang (Hyui Publisher, 2018); Jangan Jual Intergritasmu (Loka Media, 2019); dan beberapa karya bersama lainnya. Pernah menjadi editor buku Ring of Beauty Nusa Tenggara Timur: Jejak Konservasi di Bumi Flobamorata (Dirjen KSDA, 2021); Konsep Isolasi Sosial dan Aplikasi Terapi : Manual Guide bagi Mahasiswa dan Perawat Klinis (Pusataka Saga, 2021); dan Perilaku Caring Perawat Berbasis Budaya Masyarakat NTT (Pustaka Saga, 2022). Pekerjaan utama saat ini sebagai pengajar di AKPER Maranatha Kupang-NTT sambil bergiat di beberapa komunitas dan organisasi. Penulis bisa dihubungi via e-mail: saverinussuhardin@gmail atau WA: 085239021436.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mendengarkan Curhat Anak

20 Mei 2023   16:45 Diperbarui: 20 Mei 2023   16:47 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Suhardin (Foto koleksi pribadi)

Begitu tiba di rumah, Gibran terus mendesak, "Bapa, baca suratnya Keke."

Saya juga penasaran, lalu segera membukanya. Secara umum terlihat tulisan dengan huruf tali yang pastinya ditulis orang tua, buka huruf atau tulisan anak TK.

Saya membaca dengan seksama. Sepertinya kertas itu dicopot dari buku agenda rapat orang tua, karena isinya berupa rencana kerja bakti di sebuah lingkungan rumah.

"Bapa tidak bisa bahasa Inggris? Gibran terus mendesak karena saya tidak kunjung membaca keras-keras. Dia kira tulisan huruf tali itu sama dengan bahasa Inggris.

Gibran sebenarnya sudah mengenal huruf dalam taraf yang lumayan. Kalau saja tulisan itu ditulis dengan huruf tegak, dia pasti tidak membutuhkan bantuan saya. Tapi itu huruf tali, dia belum belajar sampai di sana, sehingga ia mengira itu yang namanya bahasa Inggris.

Saya sedang memikirkan apa yang perlu saya terangkan ke Gibran, anak pertama kami yang belum genap 6 tahun pada saat itu, kemudian mata saya tertuju pada sebuah coretan kecil. Itu sebenarnya hanya coretan asal jadi saya kira, tapi kalau dilihat dari berbagai sudut, kadang bisa terlihat seperti bentuk hati.

"Ini seperti ada gambar love," kata saya dengan mimik serius.

Gibran tersenyum, tapi saya kemudian khawatir juga. Apakah ini gejala yang wajar pada anak-anak seusia Gibran.

Hingga saat ini, Gibran selalu berobsesi menjadi pacarnya Keke. Tapi, kalau kami menganalisis dari apa-apa yang dia cerita, Keke sepertinya biasa saja. Keke mungkin anggap Gibran sebagai teman biasa, tapi Gibran malah memikirkan hal lain. 

Mungkin salah kami juga yang sering tanya hal-hal yang tidak semestinya. Kami juga tidak tahu mana anak yang bernama Keke itu. Kami mengenalnya dari cerita-cerita Gibran sepulang sekolah.

"Tadi Keke kasi saya permen," kata Gibran suatu hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun