Usia yang ideal, memungkinkan tugas perkembangan masa dewasa di atas akan terlaksana dengan baik. Kalau sudah demikian, masa depan yang cemerlang bukan lagi mimpi. Bekerja atau mengembangkan karier, memungkinkan seseorang memperoleh pendapatan yang cukup sehingga mampu penuhi setiap kebutuhan hidup. Saat memutuskan nikah, sudah memiliki kemampuan finansial yang cukup, dan niat belajar hidup dengan pasangan baru serta membina keluarga selalu bertumbuh. Begitupula ketika anak lahir, sudah memahami tugasnya untuk mengasuh serta bertanggung jawab dengan pendidikan mereka. Usia dewasa juga memungkinkan seseorang untuk rencanakan jumah dan jarak kehamilan secara baik, dua anak cukup dengan jarak kehamilan 5 tahun. Pasangan dengan usia ideal juga lebih piawai mengelola rumah tangga, sehingga terwujud keluarga-keluarga Indonesia yang sehat, sejahtera, bahagia, berprestasi, berkarakter, berkompeten, dan siap bersaing dengan bangsa lain.
Kalau keluarga Indonesia (khususnya NTT) sudah demikian, apakah kasus human trafficking masih terjadi ? Bisa saja masih ada, namun kuantitas dan kualitas kasus akan lebih kecil. Generasi NTT berubah menjadi generasi berencana. Masyarakatnya akan memiliki masa depan yang lebih cemerlang. Berdikari, sejahtera, cerdas, kreatif, berbudaya, dan yang paling penting tidak menjadi ‘budak’ bangsa lain. Cukup sudah...!
Stop Bajual Orang NTT !
Seruan di atas, memang sepantasnya kita teriakan. Jangan sampai kita terus-terusan jatuh di lubang yang sama. Biarlah unta saja yang berkarakter demikian, kita jangan ! Alangkah lebih baik lagi jika tidak hanya berteriak; tidak hanya sebatas slogan musiman, tapi diteruskan dengan aksi nyata yang fundamental.
Ada beberapa hal konkrit yang perlu kita perbaiki. Pertama, pemerintah harus menjamin rasa aman dan nyaman seluruh warganya. Tegakkan aturan, segera temukan dan tindak semua pelaku yang terlibat human trafficking.
Kedua, pemerintah lewat dinas atau lembaga terkait, jangan pernah bosan mengkampanyekan hidup berencana, khususnya generasi berencana. Ajak semua komponen masyarakat untuk terlibat.
Ketiga, kita sebagai masyarakat coba hargai program pemerintah. Setiap program yang dicanangkan, tentu memiliki niat baik. Buanglah jauh-jauh sikap cuek. Dengarkan, pelajari, dan coba ikuti setiap langkahnya. Program yang kita persepsikan tidak baik, justru terjadi akibat kita tidak peduli. Sungguh naif jika pada akhirnya kita terus menerus salahkan pemerintah. Merenunglah, apa yang sudah kita perbuat bagi bangsa ini ???
Nah, slogan “Stop bajual orang NTT !” akan terwujud bila kita sama-sama mau berusaha memperbaikinya. Seruan itu tertuju kepada semua orang, temasuk kepada diri kita sendiri.
Daftar Bacaan: