[caption caption="Cara duduk 'semi berlutut' tamu 'student exchange' dari Jepang"][/caption]
Kurang lebih seminggu yang lalu, kami kedatangan tamu dari Jepang. Kami menyambut mereka di posko praktik keperawatan komunitas, tepatnya di balai RW 04 Kelurahan Mulyorejo.
Dua hari sebelum kedatangan mereka, Dosen sudah memberitahu terlebih dahulu. Kami manyanggupi permintaan tersebut. Meski dalam hati kecil saya agak ragu. Kemampuan saya berbahasa Inggris yang masih terbata-bata adalah penyebabnya.
Mau bilang apa. Karena sudah menyatakan sanggup, apapun tantangannya harus dihadapi. Toh cara komunikasi bisa banyak caranya. Kalau lisan sudah tak sanggup, mimik atau bahasa tubuh bisa mengekspresikan pesan. Lagi pula, ada teman-teman lain yang akan membantu.
Tamu dari Jepang itu ada 3 orang, 2 cowok dan 1 cewek. Mereka terpilih dalam program 'student exchange'. Mereka datang belajar dan mendapatkan pengalaman selama 2 minggu di FKp UA.
Kamis (1/10), jam 09.00, gawai yang simpan dalam saku celana depan bergetar. Saya kaget. Begitu dibuka, ada pesan WA. Ternyata Dosen yang mengirim pesan. Intinya, minta kami jemput tamu tadi di kampus.
"Ga apa-apa kalau mereka naik motor butut ?", tanpa pikir panjang, saya langsung membalas pesan WA tadi.
"Tidak apa-apa, malah mereka senang dengan kendaraan yang biasa digunakan oleh mahasiswa".
Saya lihat baik-baik kondisi sepeda motor. Pedal untuk penumpang sering 'jeglek' karena sudah usang. Pernah saya gunakan senduk garpu sebagai penyangga, semua orang yang melihat langsung terpingkal-pingkal. Akhinya saya cabut lagi. Kubiarkan saja. Semua orang yang pernah bonceng, hampir mengeluh karena sandaran kaki (pedal) tidak bisa digunakan.
Tidak sempat lagi untuk diperbaiki. Kami mesti segera jemput. Saya ganjal saja pakai kayu. Memang tidak aman, tapi minimal bisa menahan sementara waktu.
Tiba di kampus, kami langsung berkenalan. Dosen pembimbing memberi sedikit arahan. Setelah semuanya jelas, kami kembali ke posko, membawa ketiga orang tamu tadi.