Saat naksir dengan seseorang, 'telo' memiliki andil yang penting. Dia menjadi promotor sekaligus jubir mengatakan cinta. Tidak peduli jika sekali ditolak, dia akan mencobanya berulang-ulang hingga berhasil. Tidak mungkin cewek tetap kekeuh kalau selalu dihujani permohonannya yang sama.
Mengingat hari ini bertepatan dengan hari raya kurban, banyak juga cerita tentang berkurban seorang 'telo'. Berkurban yang dimaksud bukan menyembelih hewan seperti sapi atau kambing. Berkurban bisa banyak bentuknya, kan ?
Saat kita bolos, 'telo' berkurban untuk bohong. Rela menanggung dosa dengan membuat surat sakit fiktif. Mati-matian meyakinkan guru kalau 'telo-nya' sakit.
Saat ujian juga, 'telo' mengurbankan seluruh nasibnya. Sudah tau kalau kedatapan menyontek akan mendapat sanksi diskualifikasi nilai ujian, tapi tetap saja dilakukan. Begitupun dengan tugas pekerjaan rumah (PR).
Dan masih banyak lagi deretan litani tentang kehebatan 'telo' kita. Dari semuanya, dapat disimpulkan kalau 'telo' itu memang vital. Keberadaannya di dunia ini sangat diperlukan. Peradapan dunia pada masa yang akan datang bergangung padanya. Dunia bergantung pada 'telo', atau bisa diberi semboyan: "Telo untuk dunia".
Karenanya, mari menjaga 'telo' kita agar selalu joss....! Kita bukanlah apa-apa jika tanpa 'telo'. Siapkan Anda menjaga atau memiliki 'telo' ďengan baik ??? (Renungkan dan jawab masing-masing).
Oh iya, kurang lebih sebukan lalu, saya bertemu lagi dengan 'telo' sewaktu SMP. Puji Tuhan, mereka sehat-sehat dan sukses pada bidang yang ditekuni. Buktinya, 'telo' itu sudah besar-besar dan montok. Beberapa diantaranya ada dalam foto yang saya upload. Ada Mas Vian Jemadu ( PhinTho GAmboa) dan Mbak Sarendang Gani. Sehat n sukses selalu buat kalian berdua.
[caption caption="Kiri-kanan: Vian Jemadu, Sarendang Gani, Saverinus Suhardin"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H