Kritis, Harus Pulang Kampung
Baru seminggu menjalani praktik, ada kabar dari kampung mengkhawatirkan. "Bapak sakit, kamu harus segera pulang", begitulah inti pesan yang disampaikan Ibu. Benar-benar situasi kritis bagi saya. Jika tidak pulang, saya tidak bisa tahun apa yang akan terjadi sama Ayah tercinta. Jika pulang, saya harus meninggalkan praktik, dengan konsekuensi harus mengganti sebanyak hari yang ditinggalkan saat akhir masa studi nanti.
Tentunya pilihan berat, sama-sama penting. Sekali lagi, ini situasi kritis. Dengan berpikir kritis sambil berdoa, akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Kesehatan orang tau (Ayah) harus diprioritaskan dibanding studi yang sedang saya jalani.
Proses ijin untuk pulang tidak semudah membalikan telapak tangan. Saya harus mengajukan surat permohonan ijin, sekaligus menghadap ketua divisi kep. kritis, ketua profesi ners, dan Wadek I Bidang akademik. Proses ini juga tidak terlepas dari bantuan teman-teman kelompok tadi. Semua kawajiban administrasi dibantu, termasuk penyelesaian dan pengumpulan tugas. Pokoknya beres, semua bantuan mereka membuat saya lebih mudah. Ditambah dukungan doa mereka, saya makin mantap untuk pulang kampung.
[caption caption="Di IDG RSUD Dr. Soetomo Surabay"]
Direshuffle Lagi
Setelah 2 minggu di kampung, saya kembali beraktivitas. Mengikuti masa praktik keperawatan yang masih tersisa seminggu. Teman kelompok menerima saya dengan baik, lalu mengorientasi lagi tentang situasi terkini. Apalai ruangan praktik sudah pindah, banyak hal yang belum saya ketahui. Sekali lagi, atas bantuan teman-teman kelompok, akhirnya bisa cepat beradaptasi dan menjalani praktik dengan perasaan tenang.
Tanpa terasa, kemarin (Jumat, 11/9/2015) merupakan hari terakhir masa praktik stase keperawatan kritis. Tentunya semua gembira. Apalagi tidak ada kewajiban yang belum terlaksana. Mulai dari tugas individu membuat laporan pendahuluan dan laporan kasus, tugas kelompok memberikan penyuluhan kesehatan, hingga ujian terlewati dengan baik.
Kecuali saya, masih harus melunasi hutan masuk praktik selama 2 minggu di akhir masa studi nanti. Tak apalah, apapun meski disyukuri. Apalagi kondisi kesehatan orang tua (Ayah) saya yang membaik. Tidak sia-sia saya pulang kampung, mendapati orang tua dalam kondisi sehat.
Ok, kembali lagi ke topik utama. Seperti biasa, setiap akhir masa praktik pada bidang tertentu, kami akan direshuffle lagi. Maksudnya, anggota kami akan "dikocok" lagi, kemudian membentu kelompok baru pada praktik stase selanjutnya.
Itu berarti, saya harus meninggalkan dan ditinggalkan oleh teman-teman yang baik hati dan luar biasa, seperti yang telah saya singgung sebelumnya. Tentunya tidaklah mudah. Tapi, mau bagaimana lagi, harus kami hadapi dengan ikhlas. Toh ini juga demi kebaikan kami pada masa yang akan datang.