Saya masih teringat dengan cara Pak Azwar Anas (Bupati Banyuwangi) mempromosikan objek wisata di dearahnya, saat acara Kompas kampus di Unair pada 21 maret 2015 lalu. Menurut beliau, terjadi pergeseran gaya hidup pada hari-hari ini. Kelompok kelas ekonomi menengah ke bawah, cenderung mencari hiburan ke mall atau pusat perbelanjaan, tempat karaoke, diskotik, dan sebagainya. Sementara itu, kelompok ekonomi kelas menengah ke atas cenderung mencari hiburan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata. Melepas penat dari rutinitas dengan menikmati indahnya daerah pengunungan, pantai, danau, dan wisata alam lainnya.
Apakah benar seperti itu ? Entahlah. Bisa saja benar. Bisa juga Pak Bupati tadi hanya menstimulasi agar banyak orang yang berkunjung ke derahnya. Apalagi di Banyuwanyi disinyalir memiliki obyek wisata alam yang beraneka ragam. Salah satu diantaranya yang paling terkenal adalah Kawah Ijen.
Akhir-akhir ini, saya sering diajak mengunjungi tempat wisata oleh teman-teman di kampus. Tidak ada yang mengajak jalan-jalan ke Mall, nonton film di bioskop, shopping, atau karaoke. Padahal, tinggal di kota sebesar Surabaya, paling mudah menemukan tempat hiburan seperti itu. Mungkinkah teman-teman saya sudah masuk kategori kelas menengah ke atas ? Hipotesis Pak Awar Anas perlu dipertanyakan dengan jelas.
JEDAH MASA PRAKTEK
Sedikit informasi, “saya dan teman-teman” yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners (P3N) Fak. Keperawatan Unair. Selama 2 semester, kami menjalani praktek di berbagai tempat pelayanan keperawatan/kesehatan.
Kemarin, hari Jumat, 5 Juni 2015 adalah hari terakhir pindah gerbong. Teman-teman yang sebelumnya praktek keperawatan maternitas, pindah ke stase keperawatan anak. Begitupun sebaliknya. Tidak ada waktu jedah yang lama, libur selama 2 hari (sabtu dan minggu) mesti dimanfaatkan dengan baik.
Butuh hiburan. Tidak bisa dipungkiri, aktivitas praktek cukup menguras tenaga, sedikit menegangkan, juga melelahkan. Rileksasi saraf-saraf yang bekerja ekstra sangat diperlukan. Dan kata sepakat ditentukan, kami berwisata ke Bangkalan-Pulau Madura.
Penggagas ide jalan-jalan ke Madura adalah Mas Wilda Kharisma dan Pujo Prastowo. Keduanya mengajak saya via BBM, katanya ada tempat wisata yang bagus dan sangat direkomendasikan, namanya Bukit Kapur di Jaddih, Bangkalan-Madura. Saya langsung bilang, “Yes”. Mengunjungi tempat wisata di daerah baru, merupakan kegemaran yang –sebisa mungkin- terus saya lakukan. Saya tertarik untuk mengamati wilayah baru yang unik, kalau bisa memetik pelajaran dari hasil pengamatan, foto-foto, lalu menulis di blog seperti yang saya lakukan ini.
Teman lain yang ikut ada Mas Wawan, Mas Hamdan, Mas Romadhon, dan Mas Imam bersama kekasihnya, Mbak Fikka. Kemarin (6/6), sekitar jam 10.00 kami berangkat dari Surabaya mengendarai sepeda motor. Menuju Bangkalan melewati jembatan Suramadu, biaya masuk per motor sebesar Rp.3.000.
PESONA BUKIT KAPUR
Memasuki wilayah Bukit Kapur, kita disuguhi pemandangan tebing dan gua berbagai ukuran bekas galian penambang. Terlihat unik, galian dari para penambang membentuk pola tertentu. Bahkan, sudah terbentuk danau di sana. Satu lokasi sudah dijadikan kolam renang.
Tidak diketahui sejak kapan bukit itu digali. Jika dilihat dari bekas galian, perkiraan saya, hampir 40 % sudah tergerus. Tidak saja rata dengan tanah di sekitanya, tapi juga sudah membentuk banyak kawah. Bisa jadi, suatu saat nanti, tempat itu bukan lagi disebut ‘bukit’, tapi berubah menjadi ‘kawah’.
BERBURU BEBEK SUNGKEM
Sekitar pukul 13.00, teman-teman mulai mengeluh lapar. Memang, mendaki bukit cukup menguras tenaga. Belum lagi cuaca yang cukup panas. Simpanan energi dalam tubuh dimetabolisme secara total. Butuh asupan yang adekuat sebagai penggantinya.
Selama menikmati bebek sungkem goreng, saya terus membayangkan lokasi Bukit Jamur. Saya merasa takjub, kok bisa-bisanya galian batu kapur itu menjadi destinasi wisata ? Jika dipikir-pikir, penggalian atau penggerukan bukit itu (mungkin) merupakan salah satu bentuk pengrusakan alam. Anehnya, alam yang rusak itu menjadi hal yang menarik untuk dikunjungi. Semoga saja tidak berdampak merugikan bagi warga sekitarnya. Sekian.
BEBERAPA FOTO LAINNYA:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H