Aktivitas dari para penambang terus dilakukan. Sejauh yang saya lihat, di beberapa lokasi, sekelompok pekerja sibuk menggali, memotong, dan megangkut batu kapur tersebut. Sementara itu, terlihat juga ratusan pengunjung yang bertamasya ke sana. Termasuk rombongan kami. Semua orang hampir menjinjing kamera atau smartphone. Dari ukuran kecil hingga besar, dengan berbagai merek. Sudah jelas, tujuan utama pengunjung ke sana untuk melakukan pemotretan. Itulah sebabnya saya upload beberapa foto di sini. Tidak cukup kata untuk mendeskripsikan tempat itu, biarlah foto-foto itu yang memberi gambaran lebih jelas.
BERBURU BEBEK SUNGKEM
Sekitar pukul 13.00, teman-teman mulai mengeluh lapar. Memang, mendaki bukit cukup menguras tenaga. Belum lagi cuaca yang cukup panas. Simpanan energi dalam tubuh dimetabolisme secara total. Butuh asupan yang adekuat sebagai penggantinya.
Karena sudah berada di Bangkalan-Madura, kami bersepakat mencari kuliner khas daerah tersebut. Menu ‘Bebek’ sudah menjadi makanan yang cukup terkenal di sana. Dari Bukit Kapur, kami menuju ke pusat kota. Di piggir jalan terlihat pentunjuk arah menujuk warung bebek sungkem. Di sanalah kami makan siang, sembari melepas lelah sejenak sebelum kembali ke Surabaya.
Selama menikmati bebek sungkem goreng, saya terus membayangkan lokasi Bukit Jamur. Saya merasa takjub, kok bisa-bisanya galian batu kapur itu menjadi destinasi wisata ? Jika dipikir-pikir, penggalian atau penggerukan bukit itu (mungkin) merupakan salah satu bentuk pengrusakan alam. Anehnya, alam yang rusak itu menjadi hal yang menarik untuk dikunjungi. Semoga saja tidak berdampak merugikan bagi warga sekitarnya. Sekian.
BEBERAPA FOTO LAINNYA:
Lihat Travel Story Selengkapnya