Mohon tunggu...
Saverinus Suhardin
Saverinus Suhardin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat penulis

Saverinus Suhardin. Seorang Perawat yang senang menulis. Sering menuangkan ide lewat tulisan lepas di berbagai media online termasuk blog pribadi “Sejuta Mimpi” (http://saverinussuhardin.blogspot.co.id/). Beberapa opini dan cerpennya pernah disiarkan lewat media lokal di Kupang-NTT, seperti Pos Kupang, Timor Express, Flores Pos dan Victory News. Buku kumpulan artikel kesehatan pertamanya berjudul “Pada Jalan Pagi yang Sehat, Terdapat Inspirasi yang Kuat”, diterbikan oleh Pustaka Saga pada tahun 2018. Selain itu, beberapa karya cerpennya dimuat dalam buku antologi: Jumpa Sesaat di Bandara (Rumah Imaji, 2018); Bingkai Dioroma Kehidupan: Aku, Kemarin dan Hal yang Dipaksa Datang (Hyui Publisher, 2018); Jangan Jual Intergritasmu (Loka Media, 2019); dan beberapa karya bersama lainnya. Pernah menjadi editor buku Ring of Beauty Nusa Tenggara Timur: Jejak Konservasi di Bumi Flobamorata (Dirjen KSDA, 2021); Konsep Isolasi Sosial dan Aplikasi Terapi : Manual Guide bagi Mahasiswa dan Perawat Klinis (Pusataka Saga, 2021); dan Perilaku Caring Perawat Berbasis Budaya Masyarakat NTT (Pustaka Saga, 2022). Pekerjaan utama saat ini sebagai pengajar di AKPER Maranatha Kupang-NTT sambil bergiat di beberapa komunitas dan organisasi. Penulis bisa dihubungi via e-mail: saverinussuhardin@gmail atau WA: 085239021436.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

ASI Payudara Sebelah Kanan Lebih Pahit?

16 Mei 2015   10:21 Diperbarui: 4 April 2017   17:55 8635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Praktek profesi ners telah dilalui beberapa bulan. Begitu banyak hal yang diperoleh berupa ilmu, kenalan, dan pengalaman. Bagi saya, pengalaman yang diperoleh merupakan paling menarik sekaligus penting. Benar orang mengatakan, “pengalaman adalah guru yang berharga”.

[caption id="attachment_366053" align="aligncenter" width="448" caption="Penyuluhan Kesehatan di RS Petrokimia Gresik oleh Mahasiswa Ners Unair"][/caption]

Kemarin (15/05/15), pengalaman baru terukir kembali. Kami mahasiswa praktik profesi ners dari Fakultas Keperawatan Unair melaksanakan penyuluhan kesehatan. Kegiatan berbagi informasi itu sering disingkat dengan PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit). Ia, dinamakan demikian karena memang dilaksanakan di rumah sakit, tepatnya di ruang nifas RS Petrokimia Gresik.

[caption id="attachment_366054" align="aligncenter" width="448" caption="Briefing team sebelum penyuluhan dimulai"]

14317449641685505016
14317449641685505016
[/caption]

ASI Ekslusif

Penyuluhan yang diberikan berisi tentang ASI Eksklusif. “Makanan terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan hanyalah ASI”, begitu kira-kira slogan yang sering dilontarkan oleh petugas kesehatan maupun lewat poster yang tertempel di mana-mana. Mungkin sudah bukan rahasia lagi, semua orang pada tahu tentang info tersebut. Atau paling tidak, sebagian besar orang pernah mendengar informasi yang baik itu.

[caption id="attachment_366055" align="aligncenter" width="448" caption="Setelah Briefing, siap-siap mulai penuluhan"]

1431745206457323352
1431745206457323352
[/caption]

Karena dianggap sangat penting, informasi ini selalu diulang penyampaiannya. Itulah alasan mengapa kami kembali diberi kepercayaan menyampaikan kembali informasi tersebut. Kami mengulas tentang apa itu ASI, manfaat ASI bagi bayi dan ibu, kandungngan nutrisi yang terkandung dalam ASI, dan cara menyimpan ASI yang sudah diperah.

Peserta yang hadir merupakan ibu postpartum (sehabis melahirkan) beserta keluarganya. Mereka cukup antusias mendengarkan penyuluhan yang disampaikan oleh Mbak Vivi dan dibantu Mbak Agida sebagai moderator. Teman-teman lain berperan sesuai jobdesk yang telah ditentukan dalam SAP (Satuan Acara Penyuluhan).

[caption id="attachment_366058" align="aligncenter" width="448" caption="Mbak Vivi (dekat whiteboard), sedang menjelaskan tentang "]

14317457661536288733
14317457661536288733
[/caption]

Penyuluh ASI, Sebaiknya Yang Berpengalaman.

Peyampaian materi ASI eksklusif berlangsung selama 20 menit. Selanjutnya moderator mangatur jalannya diskusi. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh peserta yang didominasi ibu primipara (melahirkan pertama kalinya). Banyak persoalan yang mereka temukan dalam mengimplementasikan pemberian ASI ekslusif.

Peserta lebih banyak menceritakan bagaimana pengalaman mereka menemukan kesulitan dalam memberikan ASI, dan meminta solusi yang terbaik. Untungnya, penyuluh (Mbak Vivi) beserta beberapa anggota kelompok kami yang lainnya sudah menikah dan memiliki pengalaman memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Karena sudah mengalami, jawaban atau solusi yang diberikan begitu meyakinkan para peserta.

[caption id="attachment_366059" align="aligncenter" width="448" caption="Mbak Agida (paling kiri) sebagai moderator, mendengar secara aktif pertanyaan peserta"]

14317459491743625204
14317459491743625204
[/caption]

“Begini Ibu-ibu, masalah yang Anda hadapi, pernah juga dialami oleh saya dan tentunya juga Ibu yang lainnya”, itulah kalimat pertama yang dilontarkan penyaji saat menjawab pertanyaan peserta. Kalimat tersebut tentunya meningkatkan “trust” peserta terhadap kapabilitas penyaji ataupun kebernaran informasi yang disampaikan. Karena pernah mengalami, penyaji dengan gamblang menceritakan bagaimana mengatasi masalah-masalah dalam memberikan ASI dengan teknik yang sederhana, menggunakan sarana yang mudah didapat dalam keseharian.

Kalau kita pikirkan baik-baik, seandainya saya Saver, -seorang laki-laki yang belum menikah dan tentunya belum memiliki anak- memberikan penyuluhan / motivasi tentang ASI ekslusif bagi Ibu menyusui, efektifkah ? Saya tidak yakin kalau ibu-ibu akan percaya dengan apa yang disampaikan. Mungkin saja mereka berangggapan, “Bapak tahu apa soal menyusui, kami yang melakukan tidak semudah apa dibicarakan”. Maka, menurut saya, sebaiknya peyuluhan ASI eksklusif lebih cocok dilakukan oleh orang yang berpengalaman.

Rasa ASI berbeda ?

Ada satu pertanyaan menarik dari peserta. Saya pun cukup kaget mendengarnya. Diceritakan kalau bayinya lebih suka menyusui pada payudara sebelah kiri dari pada payudara sebelah kanan. Hal itu dibuktikan saat bayi menyusui pada payudara kiri cenderung mengisap dengan baik dan tidak rewel. Berbeda saat menyusui pada payudara kanan, bayi cenderung rewel dan tidak mengisap dengan baik. Setelah meceritakan pengalaman tersebut, tiba-tiba salah seorang ibu (peserta) lainnya menyeletuk, “Mungkin karena ASI payudara kanan rasanya lebih hambar atau pahit dibandingkan ASI payudara kiri ?”.

[caption id="attachment_366062" align="aligncenter" width="448" caption="Ibu Yuli (menggunakan baju batik dan jilbab biru) sebagai pembimbing klinik, melengkapi jawaban penyaji."]

143174626430811083
143174626430811083
[/caption]

Penyaji yang dibantu oleh Ibu Yuli sebagai pembimbing klinik memberikan jawaban atas persoalan tersebut. Pada intinya, informasi mengenai perbedaan rasa ASI itu hanyalah mitos. Struktur payudara kiri dan kanan, secara anatomi dan fisiologis pada umumnya sama. Tidak mungkin rasa ASI yang dihasilkannya berbeda. Lagi pula, pernahkan kita (orang dewasa) mencicipi rasa ASI tersebut ?

Jika tidak berbeda, mengapa bayi kelihatan lebih memilih salah satu sisi payudara ? Menurut Ibu Yuli, ada banyak faktor yang mempengaruhi. Bisa karena kondisi puting yang lecet sehingga bayi merasa tidak nyaman. Bisa juga karena tidak dibiasakan menyusui secara bergantian antar payudara kiri dan kanan sejak awal. Atas persoalan tersebut, tetap disarankan agar ibu menyusui tetap berupaya dengan sabar memberikan ASI secara bergantian antara payudara kiri dan kanan. Memberikan ASI adalah suatu keterampilan. Keterampilan membutuhan latihan atau usaha terus-menerus secara berkesinambungan. Ala bisa karena biasa.

[caption id="attachment_366063" align="aligncenter" width="448" caption="Evaluasi bersama setelah penyuluhan"]

14317463911513733468
14317463911513733468
[/caption]

Keberhasilan ASI Eksklusif: Tanggung Jawab Bersama

Sudah tidak terbantahkan betapa baik dan pentingnya ASI dibandingkan susu formula. Banyak manfaat yang bisa didapat, khususnya bagi bayi dan ibu. Namun, tantangan yang dihadapi tidak mudah dan bervariasi. Ada yang mengeluh produksi ASI sedikit atau tidak ada; Ada yang menghidar menyusui karena rasa sakit; Ada yang mengganggap ASI tidak cukup untuk kebutuhan nutrisi bayi; dan masih banyak hambatan lainnya.

Hambatan tersebut tidak kita ingkari. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya jika kita mau melakukan. Butuh kesebaran. Butuh niat dan usaha yang luar biasa.

Pemerintah telah membentuk sistem yang memungkinkan terlaksananya program tersebut. Tenaga kesehatan perlu terus mengingatkan lewat pendidikan kesehatan. Ibu menyusui kiranya memiliki niat untuk berupaya memberikan nutrisi yang terbaik bagi bayinya. Suami dan keluarga terus memberi dukungan tiap saat. Masyarakat turut memberi dukungan dengan menciptakan lingkungan yang kondisif bagi ibu menyusui. Kita semua, tanpa terkecuali, berperan dalam mensukseskan setiap ibu memberikan ASI ekslusif. Usia 0-6 bulan, hanya memberikan ASI sebagai nutrisi terbaik bagi bayi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun