[caption id="attachment_336326" align="aligncenter" width="300" caption="Bapak Alfian Kusumadjaja, Koordinator Meditasi Kristiani Keuskupan Surabaya sedang membuka acara seminar."][/caption]
Meditasi dan manfaatnya sudah menjadi pengetahuan umum bagi kebanyakan orang. Meditasi sangatlah universal, semua orang bisa melakukannya. Berbagai ajaran agama mengaplikasikannya sesuai dengan keyakinan masing-masing. Sepegetahuan saya, saudara/i kita yang beragama Budha terkenal dengan berdoa menggunakan cara ini. Dalam ajaran Kristen juga ternyata mempunyai cara khusus bermeditasi. Tulisan saya kali ini lebih spesifik pada meditasi Kristiani.
Judul tulisan kali ini merupakan tema seminar meditasi Kristiani yang diadakan oleh Komunitas Meditasi Kristiani Keuskupan Surabaya, pada tanggal 9 November 2014 lalu. Kebetulan saya berkesempatan mengikuti kegiatan yang langkap dan bermanfaat ini. Mendengar atau mengetahui meditasi beserta manfaatnya sudah sejak lama, namun belum sampai tahap mendalami apalagi mengaplikasinya, belum sama sekali. Niat belajar dan mejalani meditasi sudah sejak lama, hanya saja selalu ada kendala dalam memulainya. Namun, saya mempercayai kekuatan pikiran (niat), meski lama pada akhirnya saya diberi jalan melalui seminar yang saya sebut di atas. Kini, secara perlahan saya mulai berlatih, membiasakan diri menjalani hidup baru dengan belajar meditasi.
Jalan saya belajar meditasi.
Seperti yang saya sudah singgung sebelumnya, mengenal meditasi dan manfaatnya sudah sejak lama. Banyak artikel dan buku yang telah baca mengenai topik ini. Semuanya menarik, dan bermanfaat positif. Salah satu buku yang masih saya simpan hingga sekarang berjudul: “Meditasi Kristiani: Ciptaan Baru dalam Kristus”, yang ditulis oleh Rahib Bede Griffiths OSB. Meski begitu, memulai untuk berlatih meditasi tidaklah mudah. Itulah sebabnya tidak dapat langsung saya aplikasikan. Sulit dijelaskan bagaimana susahnya saya untuk memulai.
Seiring waktu berjalan, Tuhan mengarahkan saya suatu petunjuk yang benar. Hari Minggu, 2 November 2014, sebagaimana biasanya saya mengikuti perayaan Ekaristi tiap hari minggu di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Ngagel-Surabaya. Alasannya sederhana, Gereja SMTB ini paling dekat dengan tempat domsili saya di Surabaya. Begitu memasuki pintu gereja, saya disambut oleh pelayan yang bertugas membagikan panduan liturgi. Dekat pintu masuk ada sebuah meja. Terdapat beberapa brosur yang diletakan di sana. Mata saya tertuju sebuah brosur yang ada tulisan “Meditation”. Lalu, segera saya ambil kemudian menuju tempat duduk untuk mengikuti misa. Brosur tadi saya lihat sepintas saja, kemudian melipatnya dan menyimpan di saku celana.
Sejak itu, lama saya tidak mengingat lagi mengenai brosur seminar meditasi tadi. Hari Sabtu (8/11/2014), barulah saya mengingatnya kembali. Saya kemudian membacanya secara cermat, ternyata brosur tadi berisi informasi mengenai seminar dengan tema sama persis dengan judul tulisan ini. Saya kemudian berniat untuk berpartisipasi. Lalu, saya mengirim sms ke salah satu no. Hp yang tertera di brosur. Namun, hingga sore hari sms saya tidak direspon sama sekali. Saya belum menyerah, masih ada 2 no. Hp lagi yang bisa dihubungi. Sekali lagi saya mencoba sms pada no. Hp yang kedua. Namanya Ibu Maudy. Saya menanyakan apakah masih bisa mendaftar sebagai peserta seminar. Kali ini responnya cepat. Beliau membalas sms saya begini: “Maaf, sudah penuh Pak”. Pupus sudah harapan saya bisa mengikuti seminar tersebut. Tapi, entah mengapa saya kemudian berusaha jujur menyampaikan keinginan saya yang besar dalam belajar meditasi. Maka, terjadi percakapan lewat sms sebagai berikut:
Saya : “O... begitu ya Pak (awalnya saya mengira nama ‘Maudy’ itu laki-laki). Kalau misanya ada yang batal, mohon infokan. Saya betul-betul ingin ikut seminarnya....Makasih”.
Ibu Maudy : “Maaf Bapak siapa ? di paroki mana ?”
Saya : “Bukan siapa-siapa Pak.... saya mahasiswa yang kuliah di Surabaya, asal dari luar pulau. Saya biasa ke Gereja SMBT...”
Ibu Maudy : “Ok, nama saya Ibu Maudy, besok cari saya di meja pendaftaran. Saya beri tiket”. (barulah saya tahu, ternyata nama ‘Maudy’ itu wanita).
Saya : “Ok, baik Ibu Maudy, terima kasih buat kesempatannya. Mohon maaf, kalau boleh tau, biaya tiketnya berapa ?”
Ibu Maudy : “Free, tapi ada kolekte untuk tutup biaya konsumsi. Sampai jumpa besok, terima kasih”.
Saya : “Baik Ibu, terima kasih banyak....”
Betapa gembiranya saya saat itu karena akhirnya bisa medapatkan kesempatan belajar meditasi melalui seminar. Dan bagi saya, proses saya mendapatkan tiket sungguh luar biasa. Lama saya merenungnya, kemudian berkonklusi, mungkin ini jalan yang ditunjuk Tuhan. Saya sangat bersyukur dengan proses tersebut.
[caption id="attachment_336328" align="aligncenter" width="300" caption="Foto bersama meditator dari Madiun, Pak Eko Budianto (baju hitam)"]
Tinjauan Ilmiah dan Empiris
Seminar meditasi ini diisi oleh 3 narasumber yang telah lama menjalankan meditasi secara rutin. Mereka disebut sebagai meditator. Mereka adalah dr. R.F.X Berjanto Terakusuma, Sp.S yang berbicara mengenai meditasi dan kesehatan, Ibu M.F.L Kindawati yang menyampaikan sharing pengalaman (empiris) manfaat meditasi berkaitan dengan penyakit aneurisma yang dideritanya, dan yang ketiga Rm. Tan Thian Sing, MSF.
[caption id="attachment_336329" align="aligncenter" width="300" caption="Sesi I oleh dr. Tera menjelaskan materi Meditasi & Kesehatan"]
Pembicara pertama –biasa dipanggi dr. Tera-, menyampaikan materi ilmiah tentang bagaimana sistem saraf manusia bekerja. Lebih lanjut beliau menjelaskan rasional kegiatan meditasi memberi dampak positif bagi susunan saraf baik pusat maupun perifer. Beliau juga menunjukan jurnal hasil penelitian manfaat meditasi bagi kesehatan, misalnya untuk pengendalian nyeri, pengendalian stres/depresi, membantu menyeimbangkan aktivitas otak kiri dan kanan, meningkatkan aliran darah ke arah korteks otak, meningkatkan ketebalan ‘gray-matter’ di area hippocampus yang penting dalam proses belajar, mengingat dan pengendalian emosi, dan lain-lain. Satu hal penting yang perlu digarisbawahi mengenai meditasi dan kesehatan. Berulang-ulang kali dr. Tera menyampaikan dalam seminar bahwa, meditasi tidak menggantikan pemeriksaan dan pengobatan medis. Meditasi bukan sebagai terapi alternatif, melainkan sebagai komplementer atau pelengkap saja. Meditasi melengkapi terapi medis yang sedang dijalankan.
[caption id="attachment_336333" align="aligncenter" width="300" caption="Ibu Kindawati sedang berbagi pengalamannya manfaat bermeditasi"]
Pengalaman empiris Ibu Kindawati dalam menghadapi penyakitnya diakui sebagai manfaat bermeditasi. Secara umum dari pengalaman tersebut mau mengatakan kepada kita bahwa, meditasi tidak menghilang suatu penyakit tertentu dengan seketika. Tetapi, lewat meditasi kita lebih dimudahkan dalam mengambil keputusan, menemui jalan keluar dari setiap kebuntuan atau masalah yang kita hadapi. Sederhananya, seolah-olah kita diberi petunjuk bagaimana sebaiknya bertindak. Dan Puji Tuhan, pengalaman Ibu Kidawati menunjukkan proses yang luar biasa. Secara garis besar, kesaksian Ibu Kindawati diceritakan sebagai berikut.
[caption id="attachment_336334" align="aligncenter" width="300" caption="Ibu Kindawati menunjukan gejala sakitnya pada slide paling kanan"]
Sebelum sakit, Ibu Kindawati berkesempatan mengikuti seminar tentang stroke dan pencegahannya. Salah satu topik yang dibahas adalah mengenai aneurisma otak, yaitu kondisi dimana pembuluh darah otak melebar secara abnormal membentuk sebuah kantung yang mudah pecah dan sangat berbahaya bagi keselamatan pasien. Tidak lama setelah itu, Ibu Kindawati mengalami sakit dengan gejala yang hampir sama dengan yang tertera dalam materi seminar tadi. Karena itu, mereka langsung meminta pertolongan pada dokter ahli saraf yang menjadi narasumber seminar. Beruntung bisa ditangani (operasi otak) dengan cepat oleh tenaga ahli, serta memperoleh pemulihan yang cepat. Kini, Ibu Kindawati kembali beraktivitas seperti biasa, dan merasa lebih sehat dan berkualitas. Begitulah gambaran umum pengalaman Ibu Kindawati. Lebih legkap, Anda bisa membacanya di www.meditasikristiani.com. Anda juga akan mendapatkan lebih banyak informasi mengenai meditasi kristiani di sana.
[caption id="attachment_336336" align="aligncenter" width="300" caption="Alamat website meditasi kristiani"]
Selanjutnya, pembicara ketiga adalah Rm. Sing, MSF. Beliau membawakan materi tentang ‘Health-Healing-Wholeness’ (Sehat-Sembuh-Utuh), yang merupakan bahan seminar yang berjudul Sehat & Meditasi dari Fr. Laurence Freeman, OSB. Dalam sesi ini, Rm. Sing membahas mengenai makna menjadi manusia, arti sehat, distraksi, perhatian, dan keutuhan.
[caption id="attachment_336338" align="aligncenter" width="300" caption="Rm. Sing, MSF sedang membawakan materi ke-3 tentang Health-Healing-Wholeness"]
Bagaimana Bermeditasi ?
Nah, bagi Anda yang belum pernah tahu tentang meditasi kristiani dan setelah membaca tulisan ini ingin mencobanya, berikut akan saya jelaskan langkah-langkahnya. Metode yang saya tulis ini didapatkan dari materi seminar yang saya ikuti. Mereka mengemasnya dalam sebuah leaflet yang berjudul ‘Pengenalan Meditasi Kristiani’. Secara ringkas, saya akan mendeskripsikan ulang di sini tentang cara bermeditasi, tujuan bermeditasi dan buah-buah (manfaat) dari meditasi.
Jhon Main OSB mengajarkan cara bermeditasi sebagai berikut: “Duduk. Duduk diam dengan punggung tegak. Perlahan-lahan tutuplah mata Anda. Duduk santai tapi sadar penuh. Mulailah mengucapkan dalam hati sebuah kata doa. Kami menganjurkan kata ‘Maranatha’. Ucapkan dalam empat suku kata yang sama panjangnya. Dengarkan kata-doa itu saat Anda mengucapkannya, ucapkan tanpa henti. Jangan berpikir atau membayangkan sesuatu apapun - baik yang rohani maupun yang bukan rohani. Bila muncul pikiran atau imajinasi muncul, ini adalah pelanturan yang muncul saat meditasi. Kembalilah mengucapan kata-doa sampai akhir meditasi. Bermeditasilah setiap pagi dan petang kira-kira dua puluh sampai tiga puluh menit.”
Tujuan penting dalam bermeditasi adalah untuk membiarkan kehadiran Allah yang misterius dalam keheningan diri kita, tidak hanya sebagai suatu kenyataan melainkan kenyataan yang memberi makna, bentuk dan tujuan dari semua yang kita lakukan, dari keberadaan kita. Dan yang terakhir adalah buah-buah (manfaat yang bisa ‘dipetik’) dari meditasi adalah kasih, kedamaian, kesabaran, kebaikan, dan penguasaan diri.
Sekian saja tulisan kali ini. Harapan saya ke depan adalah bisa secara konsisten menjalankan meditasi ini secara rutin dan teratur. Kiranya saya juga boleh ‘memetik buah-buah’ dari meditasi ini. Saya juga berharap Anda bisa demikian. Semoga....Amin ! Anda juga membaca tulisan ini di Blog Sejuta Mimpi.
[caption id="attachment_336339" align="aligncenter" width="300" caption="Selfie saat sesi foto bersama pada akhir kegiatan"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H