[caption id="attachment_350705" align="aligncenter" width="188" caption="Buku biografi Pak Budiono"][/caption]
Saya menemukan buku biografinya Pak Budiono dari sudut kost. Besar kemungkinan buku ini milik Pak Rusni Tage yang ketinggalan saat jemur sehabis kebanjiran kali lalu. Meski kertasnya sudah kusut karena terendam air, dengan sedikit usaha, kalimat-kalimat di dalamnya masih terbaca dengan baik.
Buku ini sebagian besar bercerita tentang Pak Budiono sebagai ekonom handal yang ada di Indonesia. Mulai dari keunggulannya saat menempuh pendidikan, hingga prestasi yang diraih saat masa kerjanya sebagai Dosen ataupun birokrat. Prestasinya banyak, dan diungkapkan secara detail dalam buku tersebut. Salah satu konsep yang sangat terkenal dikembangkan beliau dan kawan-kawannya adalah ekonomi pancasila atau selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan ekonomi kerakyatan. Dari situlah beliau menegaskan bukan sebagai penganut neoliberalisme.
Kisah percintaan Pak Budiono sedikit saja disinggung dalam buku tersebut. Justru dari kisah yang sedikit itu, saya melihat nilai yang banyak. Saya kagum akan kesetiaannya.
Saat Pak Budiono kuliah di UGM Jogja, dan pacarnya kuliah di Unair Surabaya, mereka berkomunikasi via surat. Tidak diceritakan (memang tidak ada) kalau beliau selingkuh dengan wanita lain di tempat kuliahnya. Begitupun saat beliau melanjutkan kuliah di Australia hingga. Cukup lama mereka berpisah, sekali lagi, hanya berkomunikasi dengan menggunakan surat saja. Hingga pada akhirnya, mereka pun menikah menjadi sebuah keluarga baru. Betapa setianya kedua pasangan muda itu dulu.
Jika melihat perjalanan karir Pak Budiono yang begitu cemerlang, saya menduga itu semua merupakan buah dari kesetiaan. Beliau setia dengan pacarnya hingga menikah dan seterusnya hingga kini. Karena terbiasa, beliaupun "setia" dengan tugas dan tanggungjawab yang diemban padanya. Hasilnya sungguh menakjubkan, bisa bermanfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia dengan mengelola ekonomi secara baik.
Intinya, kesetiaan yang beliau pupuk dulu, menghebatkan dirinya pada hari-hari ini. Setia itu hebat. Makanya, meskipun kita meniggalkan "kampung beserta segala isinya", sebaiknya tetap setia dengan komitmen tentang apapun dan dengan siapapun. Karena hanya dengan setia saja, kita akan dihebatkan oleh Tuhan dan semesta.
Analisa ini bisa saja salah, tapi tidak salahnya untuk dicoba. Selamat malam buat semuanya. Tuhan memberkati !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H