Mohon tunggu...
Suhardi AlAnjiri
Suhardi AlAnjiri Mohon Tunggu... Guru - Semoga manfaat setiap apa yang diperbuat

Serius tapi santai, senang bercanda..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makam Pahlawan Surya Chandra Anjir Serapat

29 Agustus 2019   16:37 Diperbarui: 30 Agustus 2019   12:51 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka pun bersepakat Sabtu 15 Desember 1945 mengikuti rombongan utusan Bung Tomo dari Surabaya itu menuju Banjarmasin untuk melumpuhkan tentara musuh di Asrama Tatas Banjarmasin dengan pertempuran, terlebih mereka akan merampas gudang senjata musuh tersebut.

Kesepakatan bersama antara rombongan utusan Bung Tomo, pejuang dari Sampit dan Samuda serta Bahaur ditambah para pejuang dari Anjir Serapat yang banyak jumlahnya, menetapkan dinihari Minggu 16 Desember 1945 bersepakat pula dengan pejuang dari Kalsel yaitu Amuntai, Kandangan, Barabai, Martapura, Marabahan, Kotabaru, Pelaihari dan berbagai daerah lain untuk melakukan serangan.

Namun sangat disayangkan pada jam 22.00 malam 15 Desember 1945 gudang senjata telah dikosongkan oleh tentara/serdadu musuh.Oleh karena gelagat pertempuran sudah tercium oleh pasukan musuh. Sebab mereka melihat garak-gerik pejuang yang berbeda dengan hari-hari lain. Mereka mengetahui  banyak pemuda tak dikenal mundar-mandir di sekitar Asrama Tatas itu.

Sebelum jam yang ditentukan untuk menggempur tangsi (markas) musuh itu di Asrama Tatas Banjarmasin tersebut, maka sampailah bocoran bahwa gudang senjata yang diintai sudah dikosongkan, maka pemberontakan jam 02.00 dinihari 16 Desember 1945 ditangguhkan. Karenanya rencana penyerangan untuk merebut senjata itu gagal.

Mata-mata musuh ternyata sudah mencium rencana penyerangan, sebab ada pejuang yang tertangkap dan mengungkap bahwa pusat perlawanan rakyat itu ada di Anjir Serapat. Kemudian Senin 17 Desember 1945 tentara KNIL/Belanda berangkat untuk menyerang Anjir Serapat dengan tujuan membumi hanguskan para Pejuang yang ada di Anjir Serapat.

Tepatnya pukul 10.30 pagi, saat Pasar Senin sedang berlangsung dan perahu yang cukup banyak serta terusan Anjir Serapat masih sempit kala itu, tentara KNIL membidik pemuda yang mendapat tugas mengamankan bendera Merah Putih yang telah mereka naikkan sejak Jumat dinihari 14 Desember 1945.

Pertempuran Anjir Serapat sekitar pukul 10.30 hingga 12.30 itu, dipihak tentara musuh ada tertembak yang dibrondong dengan timah panas dari perahu. Namun kurban tentara musuh itu segera dimasukkan ke ruang perawatan di kapal. Tentara musuh itupun naik pitam karena baru sampai di Anjir Serapat anggota mereka sudah ada yang tertembak. Oleh karena itu, mereka (tentara KNIL) langsung menembaki orang-orang di sekitar tiang bendera Merah Putih. Maka korban pertama di pihak tentara pejuang RI adalah Idris dengan nama kecilnya Diris sebagai syuhada dalam pertempuran tersebut.

Sementara para pejuang cuma dengan senjata seadanya.  Penduduk yang menjadi pengunjung pasar Senin ketika itu berlarian mencari perlindungan. Setelah para pedagang pasar meninggalkan dagangannya, maka tentara musuh menggeladah dari rumah ke rumah penduduk, untuk mencari siapa penentang mereka. Tapi tidak mereka temukan. Karena para pejuang dengan barisan yang kuat berada pada tempat yang mereka siapkan.

Namun sejumlah tentara musuh yang berasal dari Asrama Tatas Banjmarmasin itu, tidak berani mendekat ke lokasi itu, karena mereka penuh kehati-hatian kalau-kalau datang serangan pejuang secara mendadak. Sebab mereka tahu bahwa di Anjir Serapat sangat banyak penentang penjajah. Dan kerap kali di terusan ini terjadi perintang kapal penjajah.

Pengeledahan dari rumah ke rumah dilakukan oleh tentara penjajah dan mereka bertemu dengan rumah Haji Mastur. Serdadu musuh mengetahui di rumah itu ada pejuang. Tembakan senjatapun mereka muntahkan ke berbagai tempat termasuk ke dinding dan daun pintu dimana H Amberi berlindung.

Pintu mereka gedor, dan H Amberi mengarahkan senjata laras pendeknya ke arah serdadu KNIL. Namun apa hendak di kata, timah panas dari musuh lebih dahulu menembus dada kiri dan kanannya. Haji Amberi pun tersungkur dengan bersimbah darah sampai tetesan darah yang paling akhir di rumah ayahnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun