Mohon tunggu...
suhandro tamaruz
suhandro tamaruz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mencari Teman

Buatlah tulisan yang bisa membuat orang bahagia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Tinggal Lembah Hitam

27 Juli 2021   15:20 Diperbarui: 27 Juli 2021   15:49 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap usai hura-hura, aku pasti pulang pagi dalam keadaan mabuk. setiba di rumah, ayah tak segan-segannya membentak dan memarahiku. ketika ayah marah, aku hanya diam tanpa menjawab sepatah katapun, kemudian masuk kamar untuk istirahat lalu tidur. 

Kejadian seperti itu kerap kali terulang karena ulahku sendiri, keributan di rumah seolah tak pernah berhenti. Mungkin tetangga kami sudah bosan mendengar pertengkaran antara aku dan ayah, lontaran kata ayah selalu singgung kematian ibu akibat sering memikirkan diriku. 

Pada tahun 2014, ayah mengajak untuk berangkat umroh ke tanah suci supaya hidayah menghampiriku. Akhirnya, aku menyetujui ajakan ayah tersebut, terlintas senyuman dihiasi keriput kening dan pipi atas kegembiraannya karena tidak ada penolakan dariku. 

Hari Jumat pagi bulan April 2014, kami berdua serta rombongan berangkat untuk menjalankan ibadah umroh. Saat tiba di Madinah dan turun dari pesawat, Sontak terdengar lantunan kalimat "Labbaik Allahumma labbaik, labbaik kala syarika laka labbaik". Entah kenapa, getaran hati dan tetesan air mata tak dapat tertahan, respek aku langsung bersujud di tanah dengan penuh penyeselan yang selama ini aku buat. 

Pada Bulan Oktober 2014, aku menikah dengan gadis yang berparas ayu, usianya 10 tahun dibawahku. Semenjak menikah, aku tak lagi bermain perempuan dan minum bir yang memabukkan. 

Hingga kini, kasih dan sayang akan kucurahkan untuk keluarga kecil yang membuat hatiku bahagia. Istriku sangat setia melayani dan menunggu jika aku kerja keluar kota, apalagi ia sangat telaten dalam mengurus rumah tangga serta mengasuh kedua putri kami tercinta. 

Aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa tak akan pernah lagi terjerumus ke dalam lembah hitam, saat ini aku mulai mengerti betapa pentingnya kejujuran dan kebaikan dalam keluarga. 

Untuk selamanya aku ucapkan, "Selamat tinggal lembah hitam". Pengalaman tersebut kujadikan pedoman untuk menasehati kawan-kawan yang mulai terjerumus ke arus lembah hitam, tiada gunanya menghabiskan waktu untuk melakukan perbuatan dosa itu. 

Sekian. 

Penulis : Suhandro Tamaruz
Cerita : Riwayat Hidup Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun