Mohon tunggu...
Suhandi Hasan
Suhandi Hasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Achiver

Ambonese (de yure), Celebes (de facto)

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Merawat Indonesia, Lawan Ujaran Kebencian lewat Literasi Digital

28 Juli 2018   02:04 Diperbarui: 28 Juli 2018   02:09 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perkembangan seperti ini, ketika setiap individu mampu memproduksi informasi dan bahkan menjadi "media" dengan akun-akun berpengikut ribuan bahkan jutaan di smedia sosial, maka sindikat kelompok terorganisir penyebar konten SARA seperti SARACEN adalah hal lumrah. Alasan utamanya tidak lain ialah uang dan kepentingan politik semata.  Akses internet yang semakin tinggi serta penggunaan gawai yang semakin mudah, seharusnya diimbangi dengan literasi digital masif pula.

Sebagai sebuah ketrampilan membaca, menyimak dan menulis yang dilakukan melalui komputer, internet (blog, media sosial, web) dan telepon pintar, literasi digital, sangatlah penting agar warga Indoensia, khusunya genersi millennial tumbuh dalam suasan digital yang kondusif dan jauh dari ujaran kebencian, diskriminasi dan intoleransi.

Sosial media sebagai alat utama melawan bentuk-bentuk diskriminasi dan intoleransi sangatlah vital. Sebab pada era ini, media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sekarang, terutama generasi muda dimana hampir segala aktifitas yang dikerjakan diunggah ke akun sosial media.

Media Sosial Sebagai Alat Perlwanan 

Pengguna media sosial yang terus meningkat dari tahun ke tahun sejatinnya dapat mendorong kemajuan, merekatkan komunikasi dan interaksi masyarakat yang terpisah jarak dan waktu. Berbagai pesan positif juga dapat ditransmisikan melalui situs jejaring sosial ini yang akses dan biayanya relatif murah dan bersifat realtime. Itulah sebabnya, sosial media menajdi alat yang sangat kuat dalam melawan diskriminasi intoleransi dan kekerasan ekstrimis.

Untuk itu, dukungan terhadap pemerintah untuk bekerjasama dengan perusahaan media sosial dalam upaya melawan gerakan ekstrimis dan intelorenasi menjadi hal mutlak. Namun tak kalah penting adalah, adanya kerjasama berbagai pihak seperti lembaga pengkajian (LIPI), vlogger dan tentu saja penggiat media sosial untuk terus menerus mentransformasikan kesadaran kritis pada warganet tentang informasi. Sehingga warganet semakin cerdas dalam bersosial media.

Kemudian mereka akan memiliki kemampuan untuk memilah informasi yang diperoleh sehingga tidak mudah terpengaruh dengan konten radikal dan tidak akan mudah memposting hal-hal yang dapat merusak kerukunan. Sehingga semakin kecil potensi untuk adanya diskrimiansi intoleransi dan kekerasan ektrimis.

Sumber 

[1] Detikinet, (29 September, 2017) Juta Pengguna Internet Indonesia, 40% Penggila Medsos, diakses pada tanggal 31 Januari 2018 dari https://inet.detik.com/cyberlife/d-3659956/132-juta-pengguna-internet-indonesia-40-penggila-medsos.

[1] Geotimes, (20 Juli, 2017)Media Massa Sebagai Kendali Anti-terroisme, diakses pada tanggal 31 Januari 2018 dari https://geotimes.co.id/opini/media-massa-sebagai-kendali-antiterorisme/.  

[1] Tirto.id (02 Oktober, 2017) diakes pada tanggal 31 januari 2018 dari https://tirto.id/postingan-jonru-terciduk-uu-ite-cxDt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun