Mohon tunggu...
Suhandayana Day
Suhandayana Day Mohon Tunggu... profesional -

PeGiat EDUMEDIART [ Edukasi, Media, Art ] antar institusi.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[Cergam] Api Masehi #09

26 Februari 2012   17:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:01 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*

Cerita Bergambar : API MASEHI

*

#09

*

( gambar #09 )

*

Dongeng & Grafis © 2012 Suhandayana

*

GELOMBANG asmara mendesir-desir di sepanjang jalanan kota, menderu-deru dalam kubah plasa. Meluber ke bengawan paling mesra. Di akhir zaman, perhelatan kawin meruah pujian. Memang bukan tanpa hati sama sekali. Dari cara memadu cinta ada saja jurus memberkas pesona. Aneka rayuan menangkar bibit setia dalam kotak kosmetik peraduan. Bukan tanpa syarat apapun. Hadiah-hadiah ditayang demi mengikat lawan berkasih. Janji kerelaan mendulang perhatian semu. Sukacita kian sering tumbuh dari ujung selangkang. Tak menunggu malam atau siang. Untung masih tersisa beberapa arjuna, laki-jagat, bakal lari terbirit-birit ketika para putri pejabat negeri tak lagi terampil berbusana. Masih dapat diharap beberapa perawan turut menjaga agenda surgawi, lembut berlarian menyapamu agar sukma segera berdiang sempurna meraih sayap penjelajahan nikmat kanak-kanak muda belia.

-

Diagram percintaan picisan, terbaca. Tak cukup bila adukan kasih dipersingkat makna kembang mawar atau bunga sakura. Siapkah perempuan perkasa menghaluskan gertakan lemah para jongos pelabuhan, mampukah permaisuri baik budi meredam geletar cinta liar para fir'aun metropolitan? Sudikah para lelaki memerdekakan perempuan-perempuan agar tetap nyaman dalam pelukan, iakah raja yang lihai meluruskan rusuk-lepas tanpa patahan? Perilaku manusia masehi akan menjawab dengan persoalan baru, terinspirasi kaum Luth: pertunangan kelabu antar lelaki, atau perniagaan kelamin antar wanita.

-

Meja pertemuan terpasang gairah lilin dan anggur birahi. Pagi sarapan, siang meneguk jajanan, sore mengulang santapan, malam menusuk dinding makanan dengan pijar sari makanan. Begitu seterusnya, melingkar-lingkar, kini pun tetap berulang. Menyangka kenduri seakan sajian tradisi bagi menengadahkan rasa syukur. Turunan waktu jadi waktu, ruang jadi ruang, batas antara jadi marka, juga jejadian cadar-hijab tak mampu lagi menggema tasbih sepenuh pamrih. Cinta kian menggersang. Yang hadir hanya luapan takut akan kesendirian, tanpa miliki kesentosaan.

*

.

PREV <===                           [ DAY-12b27 ]                           ===> NEXT

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun