[caption id="attachment_164691" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
.
Anda tertipu! Atau, saya telah anda tipu?! Kemarin, internet gelap (blacked out), hari ini penjajah kembali mengangkangi belahan dunia, dan besok petisi yang anda lancarkan akan menguap tak terbalas. Sekali lagi: Anda ... blind, internet ... black, imperialis ... back, petisi ... blank. Pengelola dan pengikut dunia maya (cyberspace) melakukan aksi petisi blacked out menolak rancangan undang-undang anti-pembajakan online di Amerika Serikat (AS), bertitel Stop Online Piracy Act (SOPA) dan Protect IP Act (PIPA). Jika rancangan tersebut jadi diputuskan dalam Kongres AS (24/1) sebagai undang-undang, maka kelak semakin mendudukkan produsen media besar dari AS beserta koloni sebagai pemain sekaligus wasit di dunia industri dan perniagaan teknologi media. Begitulah cara raja / pionir kapitalis membangun dinamika pasar bagi gerbong-gerbong industri teknologi mutakhir. Hari ini mereka menyorong ancaman melumpuhkan, besok pagi sudah menghidang hiburan memabukkan. Cara halus, namun jitu demi status hegemoni sebagai produsen (superior) untuk menguasai dan memperdaya pihak pemilik sumber alam, konsumen (inferior). Kalau tidak mau tertipu dengan posisi dilematis, jangan hanya melontar petisi, sekalian saja membuat peti mati bagi tidur panjang praktek monopoli media imperialis. Namun, aksi simpatik melenakan pandangan, sejak 15 November 2011 sudah lebih dulu Google, Facebook, Twitter, Zynga, eBay, Mozilla, Yahoo, AOL, dan LinkedIn telah menulis surat terbuka kepada anggota Senat dan Dewan AS untuk menentang SOPA (tekno/Kompas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H