Mohon tunggu...
Suhandayana Day
Suhandayana Day Mohon Tunggu... profesional -

PeGiat EDUMEDIART [ Edukasi, Media, Art ] antar institusi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kosa 'Djantjoek'

29 Desember 2011   07:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:37 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

.

Kita ikuti tayangan video durasi 13" dari sebuah kanal video terkenal. Cermati dialek dan suasana tempat pelaku berfoya-foya, terutama dua cewek hampir bugil yang terus ter-cover kamera handphone canggih. Mengapa mereka tertawa dibumbui ujaran 'djantjoek' sambil menuding bagian tubuh menganga, alat vital temannya? Hampir dapat dipasti, pelakunya dari Indonesia, Surabaya, atau daerah kota kalian.

.

Sekarang, fokuskan pembahasan tentang penggunaan kata 'bersayap' itu.

Kosakata bermakna ganda (mendua, dikotomis, ambivalen) ini sudah banyak dibahas kalangan intelektual, seniman, wartawan, dan budayawan, mulai dari Kompasianer yang baru bergabung semenit lalu sampai dikritisi oleh elite mahasiswa tingkat doktoral.

Sampai tadi malam pun, masih saya jumpai arek surobojo dan para muda dari kota sebelah yang melontarkan, atau sekedar coba-coba menghias ujaran, sapaan ala metro lifestyle tooth : " ...  jancuk .... !"

Sudah maklum, para ahli berbeda versi ketika melaporkan ulasan ilmiah tentang siapa pribadi kreatif (penemu) atau komunitas tradisional yang mula-pertama mengucapkan idiom bermakna-kesan dikotomis dari aspek antropologi bahasa. Yang jelas, kata ini telah dipopulerkan sejak lama, oleh komnitas tradisional tertentu, sebagian dari kalian, termasuk mungkin -dahulu kala, saya, dan sekarang oleh kehadiran media rubrik berbagi di Kompasiana.

Tapi, ada resiko bila artikel ini ditulis ceroboh, akan merangsang pelaksanaan agresif pemangku kebijakan-breidel diwakili oleh tuan-tuan admin yang santun. Saya perlu sedikit menyusun, analisis, dan cari dukungan referensi ilmiah seperlunya. Dan paling penting, tunduk pada syarat posting versi Kompasiana atau versi pengelola media online lainnya.

.

===> -- ilustrasi -- silakan kopipaste via edit HTML, free :



-- <===

.

( Maaf ... break dulu ... suntingan sumber gambar, suntingan wawancara, kompilasi data referensi belum klaar. Saya sedang siasati menerobos barikade seleksi 'artikel dan image banal' versi admin Kompasiana. Maaf .... silakan download setelah saya lakukan article edited)

.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun