Menulis artikel ini adalah menjawab tantangan dari diri sendiri dan SAMBER (satu ramadhan bercerita tahun 2023) serta  mengapdate skill agar tulisan menjadi lebih menarik dan rapi menurut diri sendiri dan pendapat orang lain tentunya.
Bercerita puasa di masa kecil Saya banyak brbeda dengan keadaan anak anak zaman ini, namun ada persamaan pemikiran terhadap para siswa yang duduk dibangku SD/MI saat ini, rata rata masih belum mengetahui fadhilah dan manfaat dari amal ibadah yang dilakukan namun tetap dilakukan karena anjuran dari ayah dan ibu.Â
ketika kecil saya " Bulan Ramadhan masuk terasa bahagia dan senang kami menyambutnya dengan pawai keliling kecamatan sambil berselawat, ada juga yang lebih bahagia lagi disaat pengumuman libur sekolah, kebahagiaan datang setiap ramadhan makanan yang disediakan dirumah pastinya berlimpah ruah.
"Di masa kecilku, kami sangat antusiasme ketika tiba bulan Ramadhan. Rasanya begitu spesial ketika waktu berbuka bersama dengan seluruh keluarga berkumpul dan saat  sahur tiba saya, abang, abu dan mamak, ikut saling bantu membantu menghidangkan makanan yang lezat dan bernutrisi. terlebih lebih kalau waktu sekeluaga telat bangun tidur, suasana menjadi riuh, bersama sama dengan sigap mempersiapkan hidangan dengan terburu buru adalah kisah yang sangat indah dan tidak mungkin terulang kembali saat ini.
Para  tetua gampong sering kami sebut imam syiek atau Abu tuha, setiap Ramadhan  selalu menyuruh anak anak usia kami untuk membantu mereka masak berbagai hidangan khas Ramadan seperti bubur, kanji, yang setiap harinya dibagikan di desa menjadi nostalgia yang saat ini mungkin sudah jarang dijumpai di kota. Meskipun terkadang rasa malas mengahmpiri untuk membantu namun dorongan orang tua yang terus memaksa untuk ke mesjid setiap sorenya menjadi kenangan manis saat ini bila saya mengingatnya.
Selama berpuasa, era tahun 90 an, kami selalu mengisi waktu dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat, walupun ada hal hal yang sedikit melenceng akan tetapi tidak mengganggu ketertiban umum atau orang lain, kami di desa tidak pernah tau yang namanya balap liar, asmara subuh,karena rasa sosial dari masyarakat desa sangat kuat. Â Kegiatan kami didesa di kontrol oleh para tetua kampung selalu disuruh untuk menemani mereka membaca Alquran apabila ada di mesjid, mengaji bersama, dan menonton acara religi di televisi di rumah teman, saat itu televesi adalah barang mewah dan tidak ada setiap rumah.
Sore hari selalu ada saja ibu ibu yang datang kemesjid melihat untuk memanggil anaknya agar pulang dan berbuka bersama di rumah bersama keluarga, pernah juga bahkan sering  kalau tidak dijemput Kami berbuka bersama-sama dan menikmati hidangan yang dimasak, sedekah dari para masayarakat ke mesjid itu kami nikmati bersama, habis shalat magrib pulang ke rumah.Â
"Selain itu, di masa kecilku, Ramadan juga selalu menjadi waktu untuk berkumpul dengan teman teman dan  keluarga serta  tetangga. Sore hari kami senang mengantarkan kanji yang dibagikan dari mesjid ke rumah rumah tetangga,  Tak jarang kami juga sering diajak serta ikut  tradisi memberikan makanan dan hadiah kepada orang-orang yang kurang mampu. Semua itu menjadi momen yang penuh makna dan memberikan banyak pelajaran berharga tentang kebersamaan dan kepedulian saat ini.
Meskipun waktu terus berjalan, kenangan tentang Ramadan di masa kecil tetap selalu terukir dalam hati saya. Saya merindukan momen-momen indah bersama keluarga dan tetangga. Namun, saya yakin bahwa semangat Ramadan akan selalu membawa kebahagiaan dan kedamaian di hati saya, tidak hanya di masa kecil, namun juga di masa kini dan di masa depan."
Moment indah dari kepedulian para tetua kampung inilah yang sangat berbekas pada saya, mereka peduli dengan mengontrol dan mendidik generasi anak anak yang saat ini sudah sangat jarang dilihat sore hari anak anak berlari di halaman mesjid dengan melakukan aktivitas yang bermacam macam, seperti main bola, main karetbagi perempuan dll, tepat waktu shalat istrihata shalat bersama, dan diajarkan qur'an bersama sama.
Nostalgia Bulan Ramadan dimasa kecil saya yang selalu datang setiap tahun sekali menjadi bulan yang penuh keberkahan dan ampunan bagi kami di masa itu dan saat ini. Rasanya sulit untuk melupakan momen-momen indah tersebut. Meskipun kini sudah dewasa dan mempunyai keluarga tersendiri, tidak lagi pernah merasakan semangat dan keceriaan seperti di masa kecil, namun kenangan dan nostalgia tentang bulan Ramadan selalu terukir dalam hati dan pikiran saya."
Saat ini saya telah  dewasa dan mempunyai keluarga kecil  dengan menjalankan Ramadan jauh dari  keluarga besarku yang saat ini berada di Aceh Utara, Langsa dan Banda Aceh membuat hati terasa ingin kembali kemasa masa kecilku yang hidup bersama dengan mereka penuh dengan petuah dan pendidikan karakter selama ramadhan saya rasakan ketika kecil dulu.
Ahh biarlah masa kecil itu menjadi kenangan saatnya untuk terus melihat kedepan dan bangun dengan penuh semangat menggapai Ramadan dan beribadah dengan semaksimal mungkin. Berusaha untuk merayakan Ramadan dengan semangat yang sama seperti di masa kecil, walupun jauh dari keluarga. Istri dan kedua anakku saat ini adalah keluarga yang mempunyai makna dan nilai tersendiri ketika kami melaksanakan puasa di tahun ini.
Semoga kisah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis : Suhaimi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H