Mohon tunggu...
halub©
halub© Mohon Tunggu... Mahasiswa - Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

Pencarian dan keyakinan, berteman dekat, sampai kapan pun, selalu ada hal-hal yang membanggakan bagi setiap yang yakin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tabir

27 September 2024   04:33 Diperbarui: 27 September 2024   04:39 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

    .

   Kalau tak ada pembatas, maka keteraturan akan hilang, jika keteraturan hilang, kehancuran pun hadir. Jika kehancuran hadir, keutuhan pun dirindukan. Penyesalan selalu menempatkan diri di barisan terbelakang. 

   Sebab membangkang dan melawan sesuatu yang seharusnya tak dilawan pun sudah jadi tabiat dan tak mau berusaha dilenyapkan. 

   Laki-laki dan perempuan harus ada batasnya, begitu pun sepupu, apa lagi ipar. Sadar akan gelombang besar lebih baik, dari pada pura-pura tidak tahu kalau gelombang sudah merayap mendekati diri, sengaja merencanakan penyesalan.

   Batasan harus tetap ada, biar pun tak terlihat. Minimal begitu, hati harus mengingkari kemungkaran, berat, diupayakan sebisa mungkin. 

   Penyesalan jika fitrah, naluri alami itu sudah hilang, atau lebih tepatnya sengaja dihilangkan. Maka kepekaan pun sirna, jika begitu, apa pun kesalahan pribadi maunya dianggap benar, dibela seluruh makhluk sedunia, enggak peduli apa pun dampaknya nanti, semoga kita tak begitu.

   Terlalu mudah menjadi mayoritas, penuh perjuangan untuk menjadi minoritas tapi berada di jalur yang benar, bukan membenarkan kesalahan.

   Apa yang mau diraih dari carmuk, caper publik? Berganjen-ganjen ria, memang normal sih normal, tapi waras harus di atas normal. Kalau tidak, akhir dari potongan kisah penuh sayatan penyesalan berarti sedang dipersiapkan sehebat mungkin.

   Enggak usah ngelak, mengakui kesalahan bagai mencari serahkan emas tanpa keahlian sedikit pun. 

   Gatal, boleh. Tapi pada tempatnya. Kalau di setiap tempat, keadaan selalu gatal. Mental apa kalau bukan jalang?

   Apa generasi seperti itu yang hendak disiapkan untuk menyongsong hari esok?

   Jika tak, atau belum bisa andil dalam perbaikan, maka jangan sumbangkan kerusakan. Rusak sendiri saja bisa enggak? Enggak usah buat repot orang banyak. Kepala kok bukan kayak daging dan kulit lagi, lebih mirip batu koral.

   Tabir, perlu enggak perlu. Perlu jika pikiran berpikir hal-hal privasi tetaplah tak boleh diumbar, dari desa atau kota sah sah saja, yang penting enggak usah beronar. Malu, good looking enggak, berlagak, banyak gaya. Kayak enggak mikir aja.

   .

   Cls, RTD, Kamis 260924, 23.05, halub

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun