.
Ā Ā Kerapuhan datang bersama keangkuhan. Dulu percaya diri sekali, akan tetap tabah hingga akhir, berupaya selalu konsisten, perlahan memudar. Sayup-sayup mata lesu memandang.
Ā Ā Mengingat kembali yang dahulu tegar disemboyankan, dibanggakan, kini ke mana? Pelan-pelan turun, sedikit-sedikit naik. Air turun ke bawah, tekad yang sirna ditelan masa.
Ā Ā Beberapa komplotan aneh, alasannya sih ingin menikah, tapi terus selalu selamanya lewat belakang. Malu sudah dibakar sejak kapan tahu. Mulut bercuih-cuih fasih, membela kebangsatan diri.
Ā Ā Keladi anjing yang lestari, mengalir di seluruh aliran darah, bangga, sebab jago mengelabui Tuhan. Bilangnya, "poligami." Ketika sudah berapa kali ketahuan jalan dengan wanita lajang virgin, katanya sih masih tingting, tapi buat apa percaya!?
Ā Ā Shalat saja dianggap tak penting, buat apa juga menganggap perlu meladeni orang semacam itu. Dengan Tuhannya saja sudah bajingan, apa lagi dengan yang lain. Gila, masalah 'perkelaminan, pernafsuan, berbebas-bebas komunikasi lawan jenis.' Sebenarnya tak jauh, dari terlalu sering menganggap shalat adalah remeh temeh.
Ā Ā Jika tak demikian, bisa jadi shalatnya tak becus, dari niat dan tujuannya untuk apa, siapa, dan mengapa? Label raksasa, yang lebih besar borok busuknya. Silau dengan keadaan saat ini, lalu bersemen-mena lah sesuka hati, ANGKUHNYA BUKAN MAIN!
Ā Ā Baru dititipi segitu, congkaknya seolah pernah menaklukan setengah dunia. Najis. Otak cerdas hanya dibuat sebagai alat manipulator sejati. MenipuNya dengan taubat palsu!
Ā Ā Cls, RTD 271223, 17.32, halub
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H