.
Ā Ā hardens with a gentle bias
.
Ā Ā Ā Tertawa cekikikan, dengan emoji terbahak. Seolah dekat, dianggap dekat. Padahal asing, tapi tak dianggap asing. Yang interaksi tanpa batas dianggap berbatas. Pura-pura bodoh tidak, sedap saja menerjang yang membuat tegang.Ā
Ā Ā Ketika petuah datang, dianggap 'paling suci', berat bicara dengan siapa pun yang telah mayat otaknya. Ikon busana, hanya sekedar ikon, jeroan mah tetap jelas. Yang tak ber-ikon tapi waras juga banyak.
Ā Ā Meminta didengar, dituruti, dimaklumi. Jika sebaliknya---tak ada cerita. Selalu berlindung di balik benteng 'disakiti', 'diacuhkan', 'dimanipulasi', yang biangnya siapa yang disalahkan siapa?
Ā Ā Maling teriak proletar, proletar ditangkap, maling tak lagi berjejak. Mengaku kaya nyatanya banyak kebutuhannya. Makna kaya yang rata-rata dipegang oleh kebanyakan.
Ā Ā Jika memang betul kaya, maka makin sedikit kebutuhan dunianya, atau bahkan tak ada. Tapi tak mungkin, sekuat-kuatnya manusia lemah. Maka semakin banyak kebutuhannya semakin lemahlah manusia tersebut.
Ā Ā Kalau siapa pun yang betul-betul kaya, maka hilang lah hasrat pamernya, sekecil apa pun. Hanya yang miskin lah yang suka pamer, merasa butuh banyak sanjungan, pengakuan.
Ā Ā Kalau selagi masih bisa diperas, diperaslah seperas-perasnya, minim pengeluaran maksimal dalam penugasan.Ā