Rata-rata manusia mau hidup dengan nyaman, segala kebutuhannya tersedia. Lebih-lebih dengan penghasilan atau pekerjaan yang enggak malu-malu amat kalau lagi diobrolin di keluarga besar atau di kumpulan teman-teman.
Ā Ā Lapisan kata pun beragam, mulai dari biar ada perubahan dan semisalnya, padahal intinya---duit yang banyak, minimal punya rumah, mobil, motor dengan tidak memberatkan di perawatannya, tentu di luar dari operasional harian.
Ā Ā Terlalu sering terjadi, bahwa teman yang kaya lebih didekati ketimbang yang miskin. Kenyataan yang pahit. Manis di mulut hanya untuk jadi pengemis. Satu tubuh sejuta manusia, bahkan tak terhingga. Murah yang terlalu murahan.
Ā Ā Lain hal kalau tentang pendidikan, ini pendidikan kosong, kehancuran yang dituai. Bersama-sama menggiring orang banyak ke pemahaman yang keliru dengan berbagai sampul 'wajar', 'normal', 'boleh boleh saja' yang sejatinya bangsat berbulu kucing.
Ā Ā Lalu muncul lah pernyataan yang bukan baru, seperti: "Ngapain kucing ngajarin harimau mengaum dan berburu, apa enggak dunia terbalik?"
Ā Ā Seperti halnya makna 'dewasa' pada sebagian orang hanya berpatok pada selangkangan dan sekitarnya, bahkan---tulisan yang diminati dan dianggap mempunyai nilai tinggi itu yang tak lepas dari pembahasan selangkangan dan onderdilnya.
Ā Ā Memang, setiap manusia punya nafsu, lalu apakah harus dimasifkan dan semua orang dipaksa sependapat dengan batasan sempit yang sekedar itu itu saja. Etnografis okelah, tapi apa memang harus didetailkan sedemikian rupa rentetan kejadiannya?
Ā Ā Heran, sederhana sebenarnya. Kalau mau gila, gila lah sendiri, enggak usah ngajak-ngajak. Seregep amat cari pengikut dan pendukung dari tiap buah pikiran yang nyeleneh itu.
Ā Ā .
Ā Ā Cls, RTD, Senin 7 Agustus 2023, 20:41, halub