Ā Ā ==========================!
Ā Ā Punya anak banyak di Kampung di maklumi. Ketika di Kota dicibir tanpa sisa. Di Kampung sudah menikah namun belum juga punya anak dibuat habis juga riungan yang bakal meluas ke mana-mana.
Ā Ā Belum nikah nikah atau dinilai terlalu telat untuk menikah ketika di Kampung, wah jangan tanya ocehannya, media berita nasional masih kalah jauh kekonsistenan penyiarannya.
Ā Ā Sejak belia anak-anak kampung didoktrin oleh orang tua orang tua mereka agar menikah muda, supaya kelak ketika anak-anak sudah besar mereka pun tak begitu tua, sehingga masih mampu untuk bekerja memberi nafkah untuk anak-anak.
Ā Ā Anak-anak kota malu saja jika baru pertama kali merasakan bekerja sudah dipaksa untuk buru-buru nikah, mereka pikir, "Tak segampang beli gorengan. Ini nikah bukan jajan." Namun begitulah, mulut tetaplah mulut, jika tak mencibir, nyinyir, dan sejenisnya rasanya belum lengkap hidup ini.
Ā Ā Anak-anak kampung yang baru saja merasakan bekerja, orang tua sudah panik, mikirin ngunduh mantu, acara lamaran bagi yang laki-laki. Bagi yang perempuan orang tuanya sibuk ke sana kemari mencari alamat palsu, maksudnya calon mantu, dan doktrin harian, pekanan, bulanan, bahkan tahunan, tetap diupayakan se-konsisten mungkin digaungkan.
Ā Ā Ketika sudah dapat calon mantu yang juga disuka oleh anak perempuannya, mulut licin pun langsung aktif seketika, petuah petuah sampah berbalut religius mengalir mulus seperti tetesan hujan dari langit saja, padahal ada maksud, tujuan, dan tentunya harapan yang terlanjur besar (terselubung).
Ā Ā Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Yang selalu kurang adalah yang mengaku benar padahal sangat jauh dari normaNya, namun tetap kekeuh berkepala bonyok kalau dirinya benar.
Ā Ā .
Ā Ā Cls, Jum'at 5 Mei 2023, halub 16:25.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H