Deru dera memenuhi ruang-ruang di sisi trotoar, kolong-kolong di bawah jalan layang, desau angin yang membelah wajah, menerpa, membuat lupa akan waktu, tak lagi memikirkan jam berapa? Sekarang mau apa? Lalu ke mana?
Menderu, berlalu-lalang dengan kencang. Menepis banyak hal yang seharusnya tak boleh ditepis. Waktu-waktu yang terenggut begitu saja di jalan panjang, tanpa lagi dipikirkan, teriris sedikit banyak.
Hingga, lupa lah menjadi alasan klasik yang terlalu sering diucapkan. Jam berapa sekarang? Waktunya berkontemplasi, hiruk pikuk ini benar-benar menggila adanya, mana peduli apa yang harus dilakukan setelah ini dan itu, teruslah menari bersama hiruk pikuk yang,
Semakin menguasai siapapun yang lengah, waktu enggan lagi berdiskusi mengingatkan macam-macam, dia hanya berputar menghabiskan apapun yang di depannya. Tentang yang terabaikan dan mengabaikan, lain lagi ceritanya.
Hampir-hampir tarian hiruk pikuk itu melumat semua yang seharusnya digunakan sebaik dan setepat mungkin. Semakin menari hiruk pikuk, semakin tak ingat lagi hak-hak di setiap sudut waktu.
Ada yang direnggut, ada yang mengaku terenggut, terbawa ke masa yang sesal rasanya sudah tak berguna. Berhati-hatilah dengan tarian hiruk pikuk, siapapun jika lengah, akan terbekuk tanpa sadar, tahu-tahu sudah tersandera di luar waktu yang bukan lagi untuk ditunaikan haknya.
Pasang pasunglah jam pengingat abadi, kalau manusia di manapun, kapanpun tetap harus mengabdi kepadaNya.
Dekat Masjid At- Taqwa Abu Maulana, Jl. KH Muhasim Raya No.23, RT.14/RW.6, Cilandak Bar., Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12430. Ahad 5 Feb 2023, 18:51, halub
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H