Mohon tunggu...
Suhail Guntara
Suhail Guntara Mohon Tunggu... Akuntan - Akunting

Iseng aja nulis. Suka baca manga dan nonton anime

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja: Pentingnya Komunikasi Terbuka dan Pengurangan Stigma

2 Oktober 2024   12:00 Diperbarui: 2 Oktober 2024   12:02 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental merupakan aspek penting yang seringkali diabaikan dalam lingkungan kerja. Dengan meningkatnya tekanan dan tuntutan pekerjaan, karyawan dapat mengalami stres, kecemasan, dan depresi, yang berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, perhatian terhadap kesehatan mental di tempat kerja harus menjadi prioritas bagi perusahaan.

Kesehatan mental yang baik tidak hanya mempengaruhi individu, tetapi juga kinerja tim dan organisasi secara keseluruhan. Karyawan yang sehat secara mental cenderung lebih produktif, kreatif, dan mampu beradaptasi dengan perubahan. Sebaliknya, masalah kesehatan mental yang tidak ditangani dapat menyebabkan absensi, peningkatan turnover, dan konflik antar rekan kerja. Oleh karena itu, perusahaan perlu menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental dengan memberikan sumber daya dan dukungan yang diperlukan.

Salah satu cara paling efektif untuk menangani isu kesehatan mental di tempat kerja adalah dengan membangun komunikasi yang terbuka. Cara pertama untuk memulai komunikasi terbuka ialah dimulai dari tingkat atas, dimana tempat kerja melakukan pelatihan pada manajer dalam mengenali tanda-tanda masalah kesehatan mental sangat penting.

Manajer perlu dilatih untuk memahami berbagai masalah kesehatan mental dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi kinerja dan kesejahteraan karyawan. Manajer harus belajar cara berkomunikasi dengan empati, mengajak karyawan untuk berbicara tentang tantangan yang mereka hadapi tanpa rasa takut akan stigma atau konsekuensi negatif. Ketika langkah tersebut sudah dilaksanakan, dengan sendirinya menciptakan suasana kerja di mana karyawan merasa nyaman untuk berbagi perasaan mereka. Ini bisa dilakukan dengan mengadakan pertemuan rutin, check-in individu, atau menyediakan saluran komunikasi anonim.

Dengan langkah-langkah ini, manajer bisa menjadi pendukung yang efektif bagi karyawan mereka, membantu menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.

Langkah selanjutnya, perusahaan dapat meluncurkan kampanye kesadaran yang mengedukasi karyawan tentang pentingnya kesehatan mental. Ini bisa berupa seminar, workshop, atau sesi diskusi yang membahas cara-cara mengelola stres dan mencari bantuan. Perusahaan juga selayaknya mampu menyediakan saluran pengaduan yang bersifat rahasia dan aman yang dapat membantu karyawan merasa lebih nyaman untuk berbagi masalah kesehatan mental mereka. Ini juga menunjukkan bahwa perusahaan peduli dan siap mendengarkan.

Ketika hal-hal diatas sudah dapat dijalankan dengan baik, perusahaan akan menciptakan budaya di mana karyawan saling mendukung. Hal ini juga dapat dilakukan melalui program mentoring, seperti membuat kelompok dukungan, atau kegiatan team building yang berfokus pada kesehatan mental.

Hal yang menghambat komunikasi terbuka salah satunya adalag stigma lingkungan. Stigma terhadap kesehatan mental seringkali menghalangi karyawan untuk mencari bantuan. Untuk mengurangi stigma ini, perusahaan dapat melakukan edukasi karyawan tentang kesehatan mental dan fakta-fakta seputarnya dapat membantu mengubah pandangan negatif. Menekankan bahwa masalah kesehatan mental adalah hal yang umum dan dapat terjadi pada siapa saja sangat penting. 

Bisa juga perusahaan dalam pelaksanaannya menghadirkan testimoni dari individu yang telah menghadapi masalah kesehatan mental dan berhasil mengatasinya dapat memberikan inspirasi dan mengurangi rasa malu. Hal ini dimungkinkan akan mendorong diskusi terbuka mengenai kesehatan mental, baik di level manajemen maupun antar rekan kerja, dapat membantu menciptakan suasana di mana karyawan merasa nyaman untuk berbicara tanpa takut dihakimi.

Perusahaan juga harus memiliki kebijakan yang jelas dan mendukung terkait kesehatan mental. Kebijakan yang mendukung kesehatan mental sangat penting bagi kesejahteraan karyawan. Perusahaan dapat membuat sebuah kebijakan seperti menawarkan opsi kerja dari rumah atau jam kerja yang fleksibel untuk membantu karyawan menyeimbangkan tuntutan pribadi dan profesional. Memberikan cuti sakit yang cukup, termasuk cuti untuk masalah kesehatan mental, sehingga karyawan merasa didukung saat mereka membutuhkannya. 

Menyediakan program bantuan karyawan yang memberikan akses ke konseling dan sumber daya kesehatan mental. Dan yang paling penting, menciptakan budaya yang terbuka dan inklusif di mana karyawan merasa nyaman berbicara tentang masalah kesehatan mental tanpa stigma. Tak lupa mendorong karyawan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung kesejahteraan fisik dan mental, seperti yoga, meditasi, atau olahraga.

Dengan kebijakan yang jelas dan dukungan yang tepat, perusahaan dapat membantu meningkatkan kesehatan mental karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif.

Kesehatan mental di lingkungan kerja adalah isu yang tidak bisa diabaikan. Dengan membangun komunikasi yang terbuka dan mengurangi stigma, perusahaan tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan keberlangsungan organisasi. Dengan demikian, langkah-langkah proaktif dalam menangani kesehatan mental akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan lebih produktif bagi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun