Mohon tunggu...
Suhadi Sastrawijaya
Suhadi Sastrawijaya Mohon Tunggu... Penulis - Suhadi Sastrawijaya

Suhadi Sastrawijaya penulis berdarah Jawa- Sunda. Hobi membaca terutama buku-buku sastra dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Perjalanan Tiga Belas Jejaka

19 November 2022   14:19 Diperbarui: 19 November 2022   14:24 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan Tiga Belas Jejaka

Sebelum senja berwarna jingga
Tiga belas jejaka meninggalkan kota
Pada teduh wajahnya berkata
Kita akan berjalan jauh
Menyusuri lembur bertanah luhur
Tebing nan terjal yang bersepuh ajal
Tapi pada  sukma bunganya mau berkata
Kita melangkah karena Allah

Tiga belas jejaka
Melewati kampung demi kampung
Keteduhan matanya bertutur sapa dengan dedaunan padi yang menghijau
dan berbagi haru pada laut yang  membiru.
Senja pun mulai menguning emas
Tiga belas jejaka menyimpan lemas
Pada bagasi hati, agar tak merintangi perjalanan sukar penuh belukar
Alkisah, mereka  bermunajat  pada sang pemberi rahmat
Tuk memohon keselamatan dalam perjalanan

Senja semakin jingga
Dengan sorban semangat di pundaknya mereka berkata:
" Bismilah" Tuhan bimbinglah kami dalam perjalanan ini.

Tiga belas jejaka
Perlahan mendaki jalan terjal yang licin
Pada senyum bunganya berkata
Kita akan sampai di Curug Putri
Sebuah pesona di Pulo Sari

Alkisah, ketika senja mulai jingga
Mereka tiba di air terjun, Curug Putri nama yang dikagumi
Tiga belas jejaka menadahkan kepala
Memindai cucuran air keajaiban Tuhan
Yang menyejukan penglihatan
Mereka bersuci  dan bertasbih pada Ilahi

Senja semakin merah
Mereka berjalan dengan sisa- sisa semangat yang masih tersimpan
Perlahan letih mulai mendera
Pohon- pohon asing berjejeran dengan rimbun di sepanjang perjalanan
Jurang-jurang  menganga siap melahap siapa yang terjatuh kedalamnya
Mungkin disana, ada ular dan binatang buas yang menanti makanan
Namun ketika asap belerang tipis menyapa penciuman, semangat baru berdesir kembali
Serupa angin senja yang menyejukkan badan
Dengan kaki letih mereka tetap bertasbih
Dan akhirnya sampailah pada tempat bernama kawah
Mereka membaca hamdalah

Alkisah,
Tiga belas jekaka
Memindai asa
Aroma belerang dan gemuruh kawah mengantar mereka pada keharuan
Tentang karunia Tuhan yang maha rohman

Tiga belas jejaka
Tertunduk ruku, bertasbih, berzikir dan bertakbir
Memuji asma Allah pencipta gunung yang mereka daki

Malam di kawah pulo sari
Tiga belas jejaka  membangun tenda, untuk mereka merebahkan badan
Malam yang suram, tanpa bulan dan bintang
Mereka bercerita hingga pergi menjumpai mimipi sendiri- sendiri

Sepertiga malam
Hujan pun tiba
Dingin menyeruak.
Mereka panik.
dan berusaha merapati tenda agar tak kebocoran.
Sepertiga malam yang sangat dingin membuat mereka terlelap kembali
Menuju pangkuan sang mimpi
Bulir- bulir hujan seolah menghujam, tentang hati yang penuh dengan kecelaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun