PKI menjadi salah satu bahasan menarik bagi khalayak. Tak jarang para kompetitor politik mengangkat isu ini entah untuk melegitimasi kelompoknya bahwa kelompoknya betul-betul anti kepada partai yang berhaluan komunis itu, atau bahkan menjudge lawan politiknya,  yang padahal  PKI sudah lama di bubarkan. PKI dibubarkan pada 12 maret 1966, Soeharto  membubarkan PKI melalui keputusan Nomor 1/3/1966. (liputan6.com : 12/03/19)
Sampai saat ini isuKelompok partai yang dianggap radikal ini dibubarkan beserta semua organisasi yang berasas dengannya. Mereka dibubarkan setelah melakukan sejumlah aksi kekerasan dan anarkisme. Namun kita tidak tahu secara pasti apakah di masa depan partai ini ada kesempatan untuk berdiri lagi  dan menunjukkan eksistensinya atau tak pernah bisa sama sekali. Tapi kita juga harus sadar  bahwa perubahan peta politik dalam sebuah negara adalah serba mungkin.
Dari beberapa diskusi pada kolom komentar media berita yang mengangkat tema politik, sering kita saksikan beberapa pendapat yang menyangka bahwa soekarno mendukung keberadaan PKI di Indonesia. Bahkan sering pula kita jumpai  akun-akun tak resmi yang berspekulasi bahwa Soekarno mendukung PKI dan bahkan bagian dari PKI. Jika kita hanya melihat sejarah pada satu arah kelihatannya  Soekarno terkesan mendukung keberadaan partai yang berhaluan komunis itu. Apalagi di masa pemerintahan Soekarno ada rancangan  kabinet bernama Nasakom (Nasionalis Agamis dan Komunis).
Namun untuk melihat Soekarno dan PKI secara utuh, kita harus melihat peristiwa sejarah dengan lebih dari satu arah agar persepsi kita tidak buntu dan hanya berhenti pada spekulasi yang  mentah.
Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, Soekarno-Hata memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, setelah kekalahan Jepang di akhir perang dunia 2. Ketika Jepang kalah dalam perang dunia 2, Jepang yang sebelumnya menguasai Indonesia kini menyerah kepada sekutu dan kekuasaan di Indonesia mengalami kekosongan. Momentum  seperti itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh Soekarno-Hata beserta para pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dengan menyatakan bahwa Indonesia sudah merdeka dan tidak terikat kepada penguasaan bangsa manapun.Â
Namun sejak proklamasi kemerdekaan  itu Indonesia tidak semerta merta menjadi negara yang aman sentosa. Beberapa gangguan dan cobaan terus melanda negeri yang baru merdeka ini. Belanda yang sudah terusir dari Indonesia sejak awal perang dunia 2, tidak terima begitu saja Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan.  Sebulan setelah proklamasi, Belanda kembali datang ke Indonesia dengan dibonceng tentara sekutu. Dan kedatangan mereka ini berhadapan langsung dengan negara baru, yakni Indonesia, bukan lagi Hindia Belanda. Sejak saat itulah terjadi konfrontasi berkepanjangan antara Republik Indonesia dan Belanda. Jatuh bangun penyelesaian jalur perdamaian terus berlangsung hingga benar-benar selesai di tahun 1963.
Sebagaimana kita ketahui, pada Tahun 1960, seluruh tanah Indonesia sudah bebas dari rongrongan Belanda kecuali wilayah Irian Barat. Wilayah itu di kuasai Belanda sampai tahun 60-an. Â Ini adalah persoalan yang sangat rumit bagi sebuah negara yang masih amat muda. Dimana ekonomi dan politik dalam negeri belum stabil ditambah lagi dengan adanya ancaman integritas dari musuh asing. Â
Persoalan ini tidaklah mudah bagi seorang proklamator sekalipun. Soekarno --Hata harus menghadapi persoalan rumit untuk menyelamatkan bangsa ini dari ancaman Belanda. Segala macam upaya dilakukan. Dan para pemimpin kita tentu lebih memilih jalur diplomasi (damai). Namun jalur ini amatlah alot dirasakannya dan Indonesia terkesan dianggap lemah karena tidak memiliki kekuatan militer yang mumpuni. Karena bagaimanapun kekuatan militer bisa menjadi daya tawar dalam sebuah diplomasi.
Pada saat yang sama, dunia sedang dilanda perang dingin antara Amerika Serikat beserta negara anggota  blok baratnya yang sebagai negara demokrasi liberal, melawan Uni Soviet beserta negara anggota  blok timurnya yang berhaluan komunis. Dunia dicekam perang dingin antara dua negara adidaya yang berhadapan dengan didukung oleh negara --negara sekutunya. Perang dingin adalah perang perebutan pengaruh di negara ke 3 antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.  Perang perebutan pengaruh ini misalnya, di sebuah negara atau kawasan regional sedang terjadi konflik maka Amerika akan datang mendukung suatu pihak dan Uni Soviet mendukung pihak satunya lagi. Hal ini tentu saja sering pecah menjadi perang bersenjata di sebuah kawasan.
Menanggapi persoalan ini, para pemimpin Indonesia mengambil sikap yang amat hati-hati,  bahkan Soekarno ikut menginisiasi bersama para pemimpin negara dunia ketiga lainnya untuk membentuk gerakan non blok. Yaitu kumpulan negara yang tidak memihak ke blok barat maupun blok timur. Karena jangan sampai perseteruan dua negara adidaya ini berimbas pada eksistensi negara Indonesia. Namun sepertinya negara manapun kesulitan untuk tidak terkena  percik konflik Amerika dan Uni Soviet.
Ibarat memakan buah simalakama. Mungkin itulah pengibararatan atas masalah yang dihadapi para pemimpin bangsa ini dulu. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa saat Indonesia menghadapi Belanda untuk menyelesaikan masalah Irian Barat, Indonesia tak punya kekutan militer yang cukup sehingga diplomasi kita terkesan tak bergigi.  Bahkan saat itu Belanda berusaha memperkuat kedudukannya , dengan mendatangkan alutsista secara besar besaran, bakan pada tahun  1960 Belanda mendatangkan kapal induk karel dorman ke Irian Barat.
Melihat situasi  ini jalur yang hanya menggunakan diplomasi akan semakin sulit bagai Indonesia. Indonesia  perlu memperkuat angkatan militernya dengan pengadaan-pengadaan alutsista modern guna memberikan efek kuat dalam menekan Belanda agar Belanda bersedia melepas Irian Barat. Mobilisasi kekuatan militer ke Irian Barat (Papua) oleh Belanda sudah jelas menandakan Belanda bersiap diri jika harus menggunakan hard power. Namun saat itu yang menjadi negara produsen persenjataan adalah negara --negara blok timur dan blok barat.
Pada mulanya pemerintah Indonesia mengadakan lobi dengan Amerika Serikat agar Amerika bersedia menjual beberapa produk alutsistanya. Namun Amerika terkesan enggan dan tarik ulur dalam memenuhi permintaan Indonesia ini, karena  sebagaimana kita ketahui Amerika adalah pemimpin Nato yaitu persekutuan militer negara-negara blok barat yang di dalamnya ada Belanda sebagai anggotanya. Dan menjual alat alutsista kepada Indonesia itu artinya alutsista itu akan digunakan untuk melawan Belanda. Dan jika  Amerika menjual  alutsista ke Indonesia  kemungkinan Amerika akan dihujat oleh sekutu blok baratnya. Inilah yang tidak diharapkan oleh Amerika.
Untuk mengatasi persoalan yang semakin buntu ini akhirnya Indonesia memutar arah menuju blok timur yakni Uni Soviet yang saat itu benar-benar berseteru dalam perang dingin dengan Amerika yang memimpin blok barat. Lalu Indonesia pun mengirim utusan ke Moskow untuk melakukan lobi pada pemimpin negara komunis itu. Uni Soviet tentu saja senang hati menanggapi lobi Indonesia ini. Tidak tanggung-tanggung Uni Soviet langsung melepaskan peralatan militer paling canggihnya kepada Indonesia yang tidak sembarang negara memilikinya bahkan anggota negara blok timur sekalipun.
Ketika Belanda mengetahui Indonesia memobilisasi kekuatan militer besar-besaran, sikap Belanda pun perlahan berubah. Ia mulai melunak dan dengan proses-proses  diplomasi  akhirnya Belanda bersedia meninggalkan Irian Barat.
Namun bekerja samanya Indonesia dengan Uni Soviet dalam bidang militer, bukanlah tanpa resiko. Di saat yang sama di Indonesia sedang berkembang partai komunis Indonesia ( PKI ). Sebenarnya PKI bukanlah organisasi baru. Pasalnnya  organisasi Democratische Vereniging (ISDV)  yang didirikan oleh seorang kaum sosialis Hindia Belanda bernama Henk Sneevliet pada tahun 1914 menjadi cikal bakal partai komunis Indonesia. Pada tahun 1920 dalam kongkres ISDV di semarang, nama ISDV diubah menjadi Perserikatan komunis Indonesia (PKH) . lalu pada tahun 1924 diadakan kongres komintern kelima dimana hasil kongkes tersebut  adalah adanya pengubahan nama menjadi partai komunis Indonesia (kompas.com 02/05/21).  Mulai saat itulah PKI terus berkembang di Indonesia.
Bekerjasamanya Indonesia dan Uni Soviet di bidang militer seolah menjadi angin segar bagi PKI untuk mengukuhkan kedudukannya di Indonesia, karena Uni Soviet adalah negara yang menjadi pusat komunis dunia sedang akrab-akrabnya dengan Indonesia dan PKI merasa mendapat dukungan moril. Mereka mulai berusaha menjejaki  berbagai  jenjang hierarki di Indonesia.
Kendati partai ini dianggap bertentangan dengan ideologi pancasila, namun saat itu Soekarno dan para pemimpin negeri ini tidaklah bisa semerta merta membubarkannya  begitu saja. Disinilah persoalan buah simalakama yang di hadapi Soekarno dan pemimpin bangsa Indonesia saat itu. Jika saja Indonesia tidak  meemperkuat angkatan militernya melalui pengadaan alutsista dari Uni Soviet, maka Belanda akan semakin kuat, apalagi menjelang tahun 60-an Belanda terus memperkuat angkatan militernya di Irian Barat. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya aneksasi  yang ke 3 wilayah-wilayah Indonesia oleh Belanda. Selain itu Indonesia juga punya setumpuk masalah lain diaantaranya adalah sikap Australia yang dirasakan berpihak pada pendudukan Belanda juga masalah konflik Sabah dan Serawak antara Indonesia dan Malaysia.
 Jika PKI saat itu di bubarkan, hal ini berarti memantik kekecewaan Uni Soviet terhadap  Indonesia yang nantinya berimbas besar pada stabilitas Indonesia. Jika hal ini terjadi, hal yang bisa dimungkinkan Indonesia bukan saja bermusuhan dengan Belanda tapi juga berkonflik dengan Uni Soviet karena Uni Soviet merasa anak-anaknya di singkirkan dari Indonesia.  Dengan tidak mengganggu PKI, eratnya hubungan Indonesia- Uni Soviet bisa terjaga dan  setidaknya Indonesia bisa  membuat Belanda hengkang dari Irian Barat.  Inilah kiranya strategi Soekarno saat itu, dan untuk masalah PKI, ini akan menjadi PR tersendiri dikemudian hari.
Namun  sepertinya semua masalah harus mencapai klimaks secara cepat. Di saat PKI mulai menguat di Indonesia dan sepertinya para pemimpin PKI saat itu merasakan kekurang puasan terhadap Rezim OrdeLama, dimana PKI menginginkan revolusi dan menghendaki Komunisme lebih dari sekedar partai di Indonesia,  tetapi bisa diwujudkan menjadi  sistem dalam kenegaraan. Â
Puncak dari hal ini adalah terjadinya gerakan GS30 PKI atau pemberontakan 30 Septemper. Saat itu PKI melakukan penculikan dan kekerasan kepada sepuluh orang perwira tentara Indonesia dan dikabarkan mereka juga melakukan berbagai tindakan kekerasan kepada tokoh-tokoh agama. Â Hal ini menimbulkan reaksi besar dikalangan masyarakat luas dan banyak kalangan aktivis yang memprotes masalah PKI ini. mereka menilai Soekarno harus bertanggung jawab atas kekerasan yang dilakukan oleh PKI terhadap para jendral. Inilah yang sampai saat ini terkadang didengung-dengungkan oleh beberapa kelompok orang untuk menuding bahwa Soekarno bagian dari PKI. Meskipun tudingan itu hanyalah spekulasi yang mentah.
Dari latar belakang kekerasan yang dilakukan PKI ini, akhirnya PKI dibubarkan. Dan pada tahun 1967 Â kepemimpinan Presiden Soekarno digantikan Oleh Soeharto sebagai pejabat sementara sebelum diadakannya pemilu. Hal ini adalah untuk mengakhiri krisis politik di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H