Mohon tunggu...
Suguh Kurniawan
Suguh Kurniawan Mohon Tunggu... Editor - video editor | vidographer | street photography | film doumenter | Sampel project ada di youtube dan Instagram: Docu Bandung

Apabila engkau bukan putra raja atau putra ulama besar, maka menulislah!” (Imam Al Ghazali)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Subcomandante Marcos: Dari Perang Bersenjata Hingga Revolusi Literasi

17 April 2024   23:50 Diperbarui: 18 April 2024   18:18 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Siapapun tentu ingin berkarya dan sukses namun bila hal tersebut membuatnya obsesif dan alpa untuk melakukan introspeksi diri maka itu yang tak diharapkan. Orang orang narsis akan sibuk dengan dirinya sendiri. Ia memiliki mimpi tapi tak berusaha mewujudkan mimpi tersebut dengan kerja nyata dan usaha maksimal karena terhalang oleh kesombongannya yang sudah merasa sangat ideal. Bila berhasil melakukan sedikit keberhasilan, ia anggap sebagai prestasi yang hanya dirinyalah yang dapat melakukan hal tersebut. Seperti kisah Anna Edson Taylor, pada 1901 ia menjadi orang pertama yang mampu menyusuri air terjun Niagara sera terjun bebas kebawahnya dengan hanya masuk didalam sebuah tong. Dengan narsis diceritakannya keberhasilan itu pada tiap orang. Karena terlalu sering bercerita, orang-orang yang semula merasa kagum berbalik geram. Surat kabar tua "Denver Republican" dalam ulasan editorialnya mengatakan dengan pahit bahwa Anna sudah mengambil semua penghargaan dan pujian yang semestinya diberikan kepada tong kayu yang telah menyelamatkan dirinya.

            Karena itu Seperti dilakukan Marcos, hasil karya nyata di bidang apapun tak mesti secara vulgar diketahui dan diberitakan pada masyarakat kalau hanya untuk mendapat pujian, sanjungan dan ucapan selamat. Bilapun toh mendapat apresiasi positif kita musti menerimanya dengan segala kerendahan hati dan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lebih bermutu di masa depan. Marcos konsisten di balik topeng di wajahnya hingga tak seorangpun dapat mengenali, dan hal tersebut membuat ia lebih terjaga dari sifat narsis. Dengan demikian iapun  bisa terus fokus berjuang tanpa harus menghiraukan sanjungan atau cemoohan orang padanya.

            Tak penting lagi mengetahui siapa dan dari mana Subcomadante Marcos. Seperti diungkapnnya, ia telah berubah menjadi simbol dari masyarakat marjinal dan tertindas. Perjuanggnya tidak lagi bergantung pada eksistensi tapi substansi. Tak masalah identitas aslinya tak dikenal orang. Hal paling penting adalah seberapa besar manfaat dirinya bagi lingkungan. Inilah esensi dari ajaran 'bila tangan kanan berbuat kebaikan maka tangan kiri sebisa mugkin jangan mengetahuinya', dan karena itu dari Marcos kita bisa belajar menjadi pribadi rendah hati.

Tulisan ini dipublish juga di blog saya https://suguh-kurniawan.blogspot.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun