Mohon tunggu...
Suguh Kurniawan
Suguh Kurniawan Mohon Tunggu... Editor - video editor | vidographer | street photography | film doumenter | Sampel project ada di youtube dan Instagram: Docu Bandung

Apabila engkau bukan putra raja atau putra ulama besar, maka menulislah!” (Imam Al Ghazali)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepatu

17 April 2024   13:53 Diperbarui: 17 April 2024   13:57 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pinterest.com/pin/shoes-in-2023--39125090507383092/

            Seperti sudah tahu isi kado yang aku bawa, Dinda meraihnya bahkan sebelum kuberikan. Ia tampak makin girang dengan apa yang sedang ia dapatkan kini. "Makasih ya ayah, ibu" selipat demi selipat ia membuka balutan kertas kado itu. Saat menyaksikan ia melakukan hal tersebut, rasa gamang muncul dalam perasaan kami berdua. Hal yang membuat perasaan berubah ngilu bila kelak kan tahu kenyataan yang akan ia hadapi.

            "Yeaaa... sepatu kan isinya!" Dinda melonjak girang. Ia berusaha turun dari tempa tidur. Mau mencobanya kah? Makin tak keruan hati ini. Bagaimana bisa ia mencobanya. Bukankah sepasang kaki itu telah diamputasi sejak enam bulan lalu. Sebelum kanker menjalar lebih jauh ke sekujur tubuhnya. Bukankah tak  ada lagi telapak kaki mungil untuk sepasang sepatu baru itu?

            Dinda mendekati kursi rodanya. Kami menggendong ia hingga duduk dapat dengan nyaman. Senyumnya masih rekah seperti fajar yang menerobos sela-sela kaca jendela. Lalu dirinya memacu kursi roda tersebut ke ruang tengah cepat-cepat. Sampai tergopoh kami mengkutinya dari belakang. Khwatir terbentur meja atau jatuh terjerembab menghanam lantai ia. "Sepatu baruuu! Sepatu baruuu!" teriaknya girang.

            Kami saling berpandangan. Tak tahu musti mengatakan apa. Dinda terus melaju ke teras depan. Ia meluncur ke halaman dan mendekati tong sampah di depan rumah. Disana kedua mata Dinda melirik kearah kiri dan kanan, tampak seperti sedang mencari seseorang. Kami tak tahu pasti. Lantaran jalanan masih sepi. Belum tampak pula lalu lalang orang-orang. Kendati demikian setelah menunggu beberapa saat tampak  anak perempuan seusia Dinda memanggul karung besar. Tubuhnya kering seperti pohon cemara habis disambar petir. Rambutnya memerah lantaran terlalu sering disengat sinar matahari. selintas melihatnya aku tahu bila ia jarang mandi.

            Anak itu tampak agak canggung saat mendapati kami di depan rumah. Tak seperti biasa dirinya tidak bebas mengorek sampah. Ketika berada di hadapan kami, ia bermaksud mengurungkan niatnya. Pagi ini tak ada sampah yang diambil dari depan rumahku. Namun sebelum ia beranjak pergi dab menjauh, Dinda memanggilnya. "Hesti!!!", anak perempuan itu membalikan badan.

            Dinda mengampirinya. Ia begitu saja memberikan sepatu itu padanya. Serta merta tampak amat giranglah anak perempuan itu. Mula-mula tersirat rasa canggung dari pancaran bola matanya yang hitam bagai pualam. Namun rasa canggung tersebut perlahan pupus saat ia mengenakan sepatu baru Dinda di kakinya yang biasa telanjang.

"Makasih ya Dinda."

"Sama sama, selamat ulang tahun ya" jawabnya. Aku saling bertatapan mata dengan Dwi. Lama dan dalam. Tak sadar kami berdua saat ia berucap, "Ayah ibu, ini Hesti temanku, sama sepertiku ia hari ini ulang tahun. Kalau ayah dan ibu berangkat kerja Hesti selalu menemaniku"

            Campur aduk perasaan kami saat ia mengucapkan hal itu. Sepatu ia kini dikenakan oleh anak yang bahkan bertemupun kami baru kali ini. Aku dan Dwi menyalaminya dengan hangat. Lalu Dinda menarik tangannya dan mengajak ia masuk kedalam rumah. Tergopoh kami berdua mengikuti mereka. Sembari tertawa Dinda menyanyi, "Selamat ulang tahun kami ucapkan..." samar-samar kami dengar Hesti ikut bertepuk tangan.

nb:

 cerpen ini dipublikasikan di blog saya di  https://suguh-kurniawan.blogspot.com/2023/07/sepatu.html

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun