Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Salah Gerakan Salat Fikri Bareno dalam Demo PA 212 di Mata Tukang Jamu

8 Maret 2022   13:54 Diperbarui: 8 Maret 2022   16:18 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tepat. Seratus. Rupanya 'up date' juga ibu ini. . . . !"

Belum bilang pesan jamu apa, Yu Dur sudah melayani dengan luwes, terampil, dan cepat. Jamu beras kencur, ditambah madu dan kuning telur ayam kampung.

"Ngomong-ngomong, menurutmu, salahnya si Fikri Bareno itu di mana, Yu?"

Penjual jamu itu tertawa terbahak-bahak. Senang dia karena pancingan omongannya mengena. Tapi lebih senang lagi sebab ia diberi kesempatan untuk beropini. Setidaknya memperkuat opini yang banyak diributkan para netizen.

"Salahnya, ia pamer. Salat di jalan umum, mengganggu arus lalu-lintas. Dengan berpakaian ala orang alim. Padahal tak jauh dari tempat itu ada masjid yang sangat representatif."

"Ohh. Pamer, nggak boleh ya. . . .?"

Mak Jumilah mengeluarkan dompet, dan membayar Rp 15 ribu. Seperti biasa, ia tidak bertanya harga. Ia cenderung melebihkan. Pagi itu ia merasa beruntung mendapat opini yang lugas: Fikri Bareno suka pamer! Sikap dan perilakunya bukan untuk dicontoh.

*

Siang hari sepulang salah dhuhur di masjid, Bang Brengos mengulang lagi pertanyaan tentang Fikri Bareno.

"Jadi betul, tadi malam ibu terbangun bukan karena mikirin Fikir Bareno salah gerakan salat, padahal salatnya di depan umum. Bahkan di depan entah puluhan atau ratusan awak media. Baik awak yang resmi dan jelas lembaganya, setengah resmi, atau yang abal-abal," ucap Bang Brengos, jeda sejenak untuk ambil nafas.

Kemudian diteruskan setelah tiga-empat kali terbatuk. Mak Jumilah menunggu orasi lanjutannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun