Lewat tengah malam Mak Jumilah terbangun. Agak geragapan. Seperti biasa cepat-cepat melihat ke arah jam dinding. Sekilas, tampak lega wajahnya. "Baru jam 2. . . .!" gumamnya. Belum terlambat untuk salat tahajud, ucap batinnya.
Begitu tubuh Mak Jumilah bergeser, turun dari springbed, Bang Brengos pun terbangun.
"Mimpi buruk, Bu?"
"Kebelet pipis. Sambil was-was bangun kesiangan lagi. . . . !"
"Bukan gara-gara mikirin yang lain?"
"Misalnya?"
"Misal, kenapa Fikri Bareno yang dipanggil 'buya' itu salatnya salah. Sampai dua kali rukuk. Padahal bukan salat gerhana? Sedang ke mana pikiran dan konsentrasinya saat itu?"
Mak Jumilah tidak meladeni omongan suaminya. Ia buru-buru ke kamar mandi.
Dan dini hari pun berlalu dengan damai, lancar, khidmat, sejuk, dan insyaa Allah berkah. Adakah lagi yang dicari untuk setiap lansia selain syukur masih diberi umur, dibangunkan dalam sehat, dan masih dapat beribadah dan meneruskan sisa hidup untuk mencari keridhoan-Nya.
*