Bila Anda belum sempat membaca beritanya, cobalah telusuri di Google, pada judul berikut ini: "Merasa Jadi Obyek Pencitraan, Fajar Akan Kembalikan Bantuan Ganjar Pranowo". Sumber
Terlihat sangat jelas, judul itu menyitir ungkapan si penerima bantuan. Dari judul, kita seketika akan membenarkan tindakan orang penerima bantuan. Bersamaan dengan itu menyalahkan Ganjar Pranowo. Namun, untuk lebih bijak menilai dan mengambil kesimpulan, sebaiknya baca dan cermati dulu isi berita itu secara utuh.
*
Pelaku peristiwa yaitu Fajar Nugroho, kader PDI Perjuangan di Kabupaten Temanggung, Jateng; dan Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng. Peristiwanya, pemberian sembako dan hadiah dari Ganjar (di sela kunjungan kerjanya) kepada Mas Fajar dan keluarganya. Waktunya Senin, 10 Januari 2022.
Peristiwa itu kemudian dijadikan konten di medsos oleh Ganjar. Dari konten yang menyebar (dan menjadi viral) Fajar merasa tidak nyaman hati. Mungkin merasa diri diperalat, dipermalukan, dijadikan obyek keprihatinan dalam konten di medsos itu. Belum lagi adanya berbagai komentar-tanggapan pembaca/netizen miring atas berita itu.
Artinya, sangat logis Fajar akan mengembalikan bantuan dari Ganjar Pranowo. Andai saja Ganjar meminta izin lebih dahulu kepada Fajar soal materi audio-video dari pemberian bantuan untuk dijadikan konten di medsos, mungkin ceritanya akan berbeda.
Atau, seperti ungkapan dalam agama, tangan kanan memberi bantuan sebaiknya tangan kiri tidak boleh tahu. Tetapi mengapa media mainstream tahu bahwa Fajar akan mengembalikan bantuan yang diterimanya? Lengkap, ada fotonya pula? Oh, rupanya Fajar mengirim  keterangan pers tertulis ke media.
Itu berarti, niat baik Fajar Nugroho mengembalikan bantuan pun dengan tujuan ingin dilihat/diketahui khalayak? Jangan-jangan ia terlecut ingin membuat pencitraan pula, atau bahkan memanfaatkan situasi itu untuk pansos? Ah, mana penulis tahu isi hati orang?
*
Berawal dari sebuah kunjungan kerja Ganjar Pranowo ke daerah. Ia menyempatkan diri mendatangi rumah Fajar Nugroho yang hidup serba kekurangan.