Adapun untuk pengambil gambar tidak perlu harus punya perasaan bersalah. Itulah takdir.
Mungkin yang perlu disalahkan adalah pihak yang mestinya memasang palang pintu, agar kapan kereta melintas dapat diketahui dengan pasti. Sehingga keselamatan para pelintas, meski hewan sekalipun, dapat diperhatikan dengan baik.
Adapun untuk nitizen dan anggota grup WA, peristiwa itu sebuah perumpamaan yang menarik. Yang memunculkan berbagai pertanyaan dan tanggapan sebagai renungan. Tentang peristiwa dan para pelakunya. Dan terutama tentang salah satu hal yang bikin penasaran: ajal. Â Â Â
*
Peristiwa di atas, betapapun, sebuah musibah tragis. Lepas korbannya satwa. Tidak dapat dikatakan "hanya". Namun, adanya ungkapan "20 nyawa melayang sia-sia", juga tidak sepenuhnya tepat. Sebab berbagai pembelajaran ditampakkan di sana. Untuk siapapun kita yang tak segan berpikir, dan merenungi sebagai pembelajaran.
Ajal menjemput memang sebuah keniscayaan. Entah kapan dan di mana, dan karena alasan apa. Lalu, bagaimana kehidupan setelah ajal, di alam barzah dan lanjut ke alam akhirat kelak? Perlu dipersiapkan dengan sangat baik-matang-hati-hati didasari ilmu. Jangan hanya membebek. Wallahu a'lam. ***
Cibaduyut, 4 Desember 2021 / 29 Rabiul Tsani 1443
Sugiyanto Hadi Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H