Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lesti-Billar dan Cerita Selepas Pesta

23 September 2021   14:54 Diperbarui: 23 September 2021   14:58 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption   Acara siraman Lesti - kapanlagi.com

Setelah masa pacaran yang panjang dan terus dikuntit media perkembangannya, sampailah pasangan artis-penyanyi Leslar itu ke pelaminan. Heboh nian acaranya pada siaran televisi. 

Tidak kalah dibandingkan dengan kemeriahan pesta perkawinan para seleb sebelumnya. Bahkan mungkin lebih banyak menyedot perhatian pemirsa. Porsi pun dibagi dua, pada dua stasiun tv. ANTV acara siraman, Indosiar acara lamaran, resepsi, dan ngunduh manten.

Tentu karena pangsa pasar yang besar, fans berat  yang terkagum-kagum pada kisah mereka. Terutama karena prestasi dan pesona Lesti Kejora dalam olah suara, yang belakangan diikuti dengan kesuksesan pada kiprah dunia hiburan. Tak kalah mencengangkan pada sukses bisnis dan total kekayaan yang bertambah secara fantastis.

Tapi seperti kebanyakan peristiwa, ternyata selepas pesta ada cerita. Kebetulan pesta megah-mewah dan wah yang tayang di layar televisi seperti tak habis-habis itu menyihir para penggemar dangdut serta para pengagum lainnya. Parah sekali fanatisme mereka.

Tak perlu jauh-jauh saya mencari contoh. Isteri saya sendiri adalah penggemar berat apapun yang serba Lesti, dan belakangan serba Leslar. Sering saya hanya dapat geleng-geleng kepala lantaran sikapnya itu. 

Setelah selesai urusan salat subuh di masjid, olahraga jalan kaki dengan beberapa ibu se kompleks perumahan, menyelesaikan urusan dapur, dan menyiapkan sarapan utuk suami; bergegas ia dengan ponselnya untuk menanggap youtube bertema. Lesti Kejora dan Rizky Billar. Terdengar jelas suara pembawa acara, tak jarang diulang-ulang.

Ketika bertandang ke rumah anak dengan pesawat tv yang dapat disambungkan ke Youtube, maka pilihannya tetap pada sepak-terjang dan aneka kegiatan Leslar.  

Tidak ada waktu istirahat kecuali Youtube dan layar televisi bergambar Leslar menjadi santapan. Terlebih saat rangkaian pesta peernikahan digelar. Suntuk nian isteri saya berkhidmat di depan pesawat televisi.

*

Saya sebagai suami tentu senang-senang saja mendapati aktivitas isteri itu. Sebab apalagi kesibukan seorang pensiunan kecuali menyenang-nyenang diri sendiri? 

Urusan domestik selesai, ibadah tidak ditinggalkan, bersosialisasi sambil berolahraga dengan tetangga, dan selebihnya mencermati glamour penampilan Lesti dengan Billar yang teeramat serasi-sepenanggungan itu.

Semua itu baik-baik saja. Tidak ada yang dirugikan. Kegiatan saya sendiri mengetik di laptop, membaca buku, dan sesekali mengintip isi aneka platform media sosial, khususnya yang sedang viral, tidak terganggu.

Begitupun ada satu yang terpendam di dalam hati, apa tidak ada sosok lain yang perlu dicermati pula? Bukankah ada pasangan lain yang tak kalah menarik untuk dijadikan fans? 

Misal, Ayu Ting Ting -- Ivan Gunawan, pasangan Raffi Achmad -- Nagita Slavina, Gibran Rakabuming -- Selvi Ananda, Ahok -- Puput Nastiti Devi , Sule -- Nathalia Holscher, Syahrini -- Reino Barack, dan banyak lagi? Mereka juga pantas dilihat dengan segenap lebih dan kurangnya. Diapresiasi, atau sebaliknya dinyinyiri dan dicibir.

Ahya, tapi pasti isteri saya tahu belaka kesenangan saya terkait penggunaan gadget. Dan pasti saya akan kurang suka bila ganti dinyinyiri soal kesukaan saya pada penampilan fingerstyle gitar Alip Ba Ta, wawancara seru dalam podcast Deddy Corbuzier, tausiah Ustaz Gus Baha, dan obrolan aneka bahasa Fiki Naki.

Saya maerasakan, konten-konten Youtube lambat-laun melengserkan daya tarik layar televisi. Kini tiap orang bisa bikin channel tv sendiri, dengan isi yang sangat spesifik, bervariasi, dan berbeda satu dengan lainnya. 

*

Maka biarlah isteri saya bermimpi bersama impian pasangan Lesti -- Billar. Namun, suatu hari ia terkejut-kejut sebab ternyata Lesti "hamil duluan". 

Cerita selepas pesta pernikahan yang penuh gebyar, bercampur khidmat, bercampur sendu dan penuh lagu itu harus memunculkan sesuatu yang kurang sedap di balik itu, yang tak terduga.

Beberapa hari dugaan atas perut buncit yang terlihat pada acara siraman Lesti menjadi bahasan hangat para Youtuber, dan nyinyiran para netizen. Begitulah. 

Waktunya sudah tiba untuk berterus-terang rupanya: mereka sudah menikah agama, atau nikah siri, pada awal tahun 2021 silam. Acara yang tayang di televisi itu hanya nikah negara. Nah.

Yang agak mengherankan kenapa harus ada acara siraman segala? Untuk apa? Sekadar sandiwara? Pada titik itu saya tertarik untuk ikut menduga-duga. Tapi berpikir positif saja.

*

Berbeda dengan artis lain yang menyembunyikan nikah siri yang mereka lakukan, Lesti -- Billar melakukan hal yang sama bukan karena menyembunyikan aib. 

Dugaan saya, pertama, karena pandemi korona yang sulit diprediksi kapan berakhir. Padahal hasrat bikin pesta akan dibuat semeriah mungkin. Jadi, tidak baik ditunda-tunda.

Berpacaran lama-lama pun dapat menimbulkan fitnah. Lesti berdalih, tidak ingin menambah dosa (berpacaran lama). Maka nikah siri pun dilangsungkan. Banyak artis dan awak media tahu, tapi tidak mau memediakannya.

Kedua, demi siaran di televisi maka apapun dilakukan. Sebab itu terkait dengan iklan yang berjubel, daya tarik acara, dan antusiasme pemirsa-netizen-pengidola. Akan terasa sangat hambar bila info nikah siri dibocorkan lebih dahulu.

Bila urusan perut buncit tidak diributkan orang, mungkin ceritanya akan berbeda.  

Saya tidak mau bertanya kepada isteri, bagaimana tanggapannya tentang hamil duluan Lesti dan nikah siri Lesti -- Billar? Saya takut mengikis kekaguman isteri pada sosok idolanya itu. 

Sekadar tambahan informasi, umur isteri saya sudah 61. Bukan belasan atau likuran (Jw, duapuluhan) tahun. Dulu saya pikir hanya remaja/dewasa seusia itu yang punya fanatisme pada idola sedemikian rupa. Nggak tahunya. . . . ! Wallahu a'lam. ***

 Sekemirung, 23 September 2021 / 16 Safar 1443

Sugiyanto Hadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun