Kesemarakkan Agustusan tahun ini nyaris tidak ada. Tidak semeriah tahun-tahun sebelum korona melanda. Begitu pun berbagai cara dilakukan warga, salah satunya meramaikan Agustusan 2021 melalui media sosial.
Sangat kebetulan pengurus sebuah grup WA , yaitu Wasibarat Tld'73, mengundang anggota untuk merayakan Agustusan. Bentuknya, lomba membuat twibbonize. Itu sebuah platform daring promosi/campaign secara kreatif untuk diviralkan. Disertakan pula 25 pilihan aplikasi twibbonize, anggota tinggal pilih mana yang disukai.
Beberapa hari kemudian grup WA yang sama berencana membuat reuni virtual. Kami memang rutin bikin reuni virtual. Sebelumnya, beberapa hari selepas Idul Fitri 1442 lalu, diadakan halal-bihalal virtual.
Tema kali ini, "mengayubagyo" hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan ke 76 Republik Indonesia. Rencana matang, pada Ahad (22/8/2021). Daftar peserta pun dibuka.
Sekitar 50 anggota grup mencatatkan diri. Rata-rata umur kami 64 dan 65 tahun. Domilisi anggota tersebar di Jakarta, Bogor, Depok Bekasi, Tangerang, Cilegon, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Purwokerto, Bandar Lampung, Pasuruhan, Surabaya, dan Mataram NTB.
Reuni kali ini disisipi bahasan oleh sesama alumni, yaitu dr. Tri Rini Budi Setya Ningsih, Sp.KJ Â dengan materi "Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa." Â Adapun Brigjen Pol. (Purn) Untung Leksono, Drs, MSi, dengan tema "Mengurangi Stres Selama Pandemi Covid-19".
*
Dua tahun berlalu. Hampir setiap orang dilanda cemas dan stress. Pandemi virus korona penyebabnya. Covid-19 menyebar ke mana-mana, menebar ancaman. Tertular, sakit, dan bila tak tertangani dengan baik bakal berakhir di makam umum yang telah disiapkan Pemerintah.
Untuk sekadar mengurangi stress , kami saling berbagi informasi. Hampir tiap orang punya pengalaman tidak menyenangkan, bahkan buruk, terkait korona. Ada yang kehilangan sanak-saudara karenanya. Itu sebabnya diundang khusus seorang dokter spesialis kejiwaan dan seorang psikolog yang berpengalaman di lingkungan institusi Kepolisian, untuk bicara mengenai kesehatan jiwa dan stres.
Menurut dr.Tri Rini Budi Setya Ningsih, Sp.KJ, dampak Covid-19 luar biasa dan tidak menentu. Kapan berakhirnya pun sukar diprediksi. Keadaan itu memunculkan keetidakpastian, stres kronis, gejala psikomatik, hingga produksi cortisol dan adrenalin berlebihan. Â
Keadaan demikian mempengaruhi kondisi otak, ginjal, system imun, serta system tubuh yang lain. Itu sebabnya pikiran dan pola pikir penyebab cemas/stres harus dikurangi, dan bila mungkin dihilangkan. Beban pikiran harus dikurangi, salah satunya dengan meningkatkan kualitas/kuantitas beribadah/berdoa/berdzikir dan "self-talk"
Sementara itu psikolog Drs. Untung Leksono, MSi. mengemukakan, orang-orang yang mampu bertahan dari dampak buruk korona mestilah bersyukur. Mengingat betapa banyak korban tertular. Meski banyak orang sembuh dari Covid-19, tidak sedikit yang masih membawa trauma dan kecemasan.
Untung Leksono menyarankan agar siapapun mengurangi stress, diantaranya berdamai Covid-19. Bersabar sampai kelak ditemukan vaksin yang ampuh. Memang ekonomi warga menengah ke bawah terdampak besa. Tetap korona menular kepada siapa saja.
Di tengah penyebaran informasi Pemerinah, para nakes, maupun berbagai pihak terkait; ternyata penyebaran hoaks tak terbendung. Informasi menyesatkan itu pemicu kebingungan dan kegamangan. Fatalnya, menjadi penyebab ketidakpercayaan sebagian warga masyarakat pada kinerja Pemerintah.
Mengembusan kekhawatiran dan ketakutan itu penyebab stres, hilangnya empati masyarakat, dan munculnya sikap egois. Lebih lanjut, menurut Untung Leksono, banyak orang berkeluh-kesah, melakukan kekerasan dalam rumah tangga, penganiayaan, juga pembunuhan.
*
Tema stres sangat menarik, karena tidak ada orang yang tidak was-was. Gejala sakit apapun yang dialami seorang anggota keluarga (batuk, flu, demam, sakit perut, pusing) selalu dikaitkan dengan korona. Beberapa anggota grup reuni secara singkat mengemukakan persoalan kesehatan keluarga mereka.
Ada yang positif terkena korona. Masuk yang rumah sakit. Ada pula yang harus melakukan isolasi mandiri di rumah. Seorang teman dari Mataram, dokter Endro Pranoto, juga masih tergolek di rumah sakit dalam proses penyembuhan paparan korona.
Untuk mengendurkan stress harus pinter-pinter mencari kesempatan ke luar rumah dengan tetap memenuhi prokes. Itulah yang dilakukan, Slamet Mulyono dari Kotagede Yogyakarta. Ia instruktur pelatih senam dan belakangan tetap sibuk dengan kegiatan "gowes"-nya. Juni 2021, ia dan dua anggota keluarganya positif korona. Dengan isoman dan melakukan aneka upaya penyembuhan, keluarganya negatif korona.
Namun, ada hal lucu dialaminya. Beberapa tetangga lewat depan rumah dengan menutup hidung. Ia tidak tersinggung. Kecemasan tiap orang berbeda-beda, dan berbeda pula cara meredakannya.
Setelah sembuh ia kembali meneruskan hobi gowes bersama klub Turbo (sesuai jadwal gowes yaitu Sabtu dan Rebo). Sarannya, olahraga teratur dan terukur, makan bergizi, dan bersusaha mengelola hati agar tetap tenang.
Menanggapi tentang stress, Untung Margiono, sesama alumni yang sukses sebagai pengusaha di Bogor, menyampaikan suara hatinya. Pada 6 bulan pertama pandemi korona, ia dan keluarganya secara ekonomi masih bisa bernafas. Dengan adanya PPKM serta perpanjangannya, ia tak berkutik. Pemasukan turun drastis, padahal pengeluaran tidak berkurang. Sebagian besar karyawan pun dengan berat hati di-PHK.
Pak UM, begitu biasa kami memanggil, bukan hendak berkeluh-kesah dan curhat. Ia sekadar memperlihatkan krpihatinannya. Korona menyusahkan siapapun, tidak pilih-pilih. Bila PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) diperpanjang lagi, ia pasrah dan mengembalikan semua pesoalan itu kepada Sang Khalik.
*
Zoom meeting memang mengasyikan. Tiga jam berlalu. Tidak terasa acara reuni virtual yang diprakarsai oleh Setyo Triyono, melalui Sigmatech Tatakarsa, harus diakhiri.
Selain para pembicara yang telah disebut di atas, ada pembicara lain yang menanggapi dan mengomentari. Bahasan mengenai stres paling menyita perhatian. Beberapa teman pemberi tanggapan/komentar, diantaranya Tiesni Handayanti, Mustoto Moehadi, Widyarka Ryananta, M. Nur Indro, Susilawati, Dewi Irawati, Sri Sumaryanti, dan lainnya.
Pada akhir acara diumumkan 5 orang pemenang pembuat twibbonize paling menarik-unik-epik. Nama-namanya Ika Nurbiati -Jaktim, Lily Umaini - Bekasi, Indro Pranoto - Mataram, Prasetyasih - Bekasi, dan Isbinasih -Bekasi. Hadiah bingkisan dengan dos besar segera dikirim ke alamat mereka.
*
Nah, itu saja cerita tentang reuni visual kami. Agustusan kali ini masih diwarnai ancaman Covid-19. Beruntung cara lain untuk kangen-kangenan pada teman lama terfasilitasi oleh kemajuan teknologi. Apapun itu, nuansa "kemeriahan" tetap ada di sana. Sejenak stres dampak korona terlupakan.
Mudah-mudahan korona dan stres tidak ada lagi pada perayaan Agustusan tahun depan. Mudah-mudahan negeri ini tetap aman-damai dan makin sejahtera. Kami para senior, alias lansia, ini hanya bisa bermohon dan berdoa. Kiranya Allah SWT mengijabah semua harapan itu. Wallahu a'lam. ***
Sekemirung, 29 -- 31 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H