Namun, ada hal lucu dialaminya. Beberapa tetangga lewat depan rumah dengan menutup hidung. Ia tidak tersinggung. Kecemasan tiap orang berbeda-beda, dan berbeda pula cara meredakannya.
Setelah sembuh ia kembali meneruskan hobi gowes bersama klub Turbo (sesuai jadwal gowes yaitu Sabtu dan Rebo). Sarannya, olahraga teratur dan terukur, makan bergizi, dan bersusaha mengelola hati agar tetap tenang.
Menanggapi tentang stress, Untung Margiono, sesama alumni yang sukses sebagai pengusaha di Bogor, menyampaikan suara hatinya. Pada 6 bulan pertama pandemi korona, ia dan keluarganya secara ekonomi masih bisa bernafas. Dengan adanya PPKM serta perpanjangannya, ia tak berkutik. Pemasukan turun drastis, padahal pengeluaran tidak berkurang. Sebagian besar karyawan pun dengan berat hati di-PHK.
Pak UM, begitu biasa kami memanggil, bukan hendak berkeluh-kesah dan curhat. Ia sekadar memperlihatkan krpihatinannya. Korona menyusahkan siapapun, tidak pilih-pilih. Bila PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) diperpanjang lagi, ia pasrah dan mengembalikan semua pesoalan itu kepada Sang Khalik.
*
Zoom meeting memang mengasyikan. Tiga jam berlalu. Tidak terasa acara reuni virtual yang diprakarsai oleh Setyo Triyono, melalui Sigmatech Tatakarsa, harus diakhiri.
Selain para pembicara yang telah disebut di atas, ada pembicara lain yang menanggapi dan mengomentari. Bahasan mengenai stres paling menyita perhatian. Beberapa teman pemberi tanggapan/komentar, diantaranya Tiesni Handayanti, Mustoto Moehadi, Widyarka Ryananta, M. Nur Indro, Susilawati, Dewi Irawati, Sri Sumaryanti, dan lainnya.
Pada akhir acara diumumkan 5 orang pemenang pembuat twibbonize paling menarik-unik-epik. Nama-namanya Ika Nurbiati -Jaktim, Lily Umaini - Bekasi, Indro Pranoto - Mataram, Prasetyasih - Bekasi, dan Isbinasih -Bekasi. Hadiah bingkisan dengan dos besar segera dikirim ke alamat mereka.
*
Nah, itu saja cerita tentang reuni visual kami. Agustusan kali ini masih diwarnai ancaman Covid-19. Beruntung cara lain untuk kangen-kangenan pada teman lama terfasilitasi oleh kemajuan teknologi. Apapun itu, nuansa "kemeriahan" tetap ada di sana. Sejenak stres dampak korona terlupakan.
Mudah-mudahan korona dan stres tidak ada lagi pada perayaan Agustusan tahun depan. Mudah-mudahan negeri ini tetap aman-damai dan makin sejahtera. Kami para senior, alias lansia, ini hanya bisa bermohon dan berdoa. Kiranya Allah SWT mengijabah semua harapan itu. Wallahu a'lam. ***