Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembatalan Haji 2021, Isu Seksi untuk Diplintir

8 Juni 2021   00:00 Diperbarui: 8 Juni 2021   00:21 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penyelenggaraan haji 2020 - kompas.com

Rupanya berita pembatalan pemberangkatan Haji 2021 begitu seksi untuk diplintir dan disalahartikan. Setidaknya 3 nama patut disebut dalam kaitan itu. Pertama seorang berbasis keilmuan filsafat Rocky Gerung, kedua seorang okonom kenamaan Rizal Ramli, dan ketiga seorang Ustaz yang sangat fokal mengkritisi pemeritah Haikal Hassan Baras.

Mereka kompak untuk memberi latar belakang berbeda dari apa yang sudah disampaikan Pemerintah , melalui Kementerian Agama soal batal haji. Ketiganya dengan analisis masing-masing saling mendukung. Yaitu (semacam bantahan) bahwa sudah ada kuota haji dari Pemerintah Arab Saudi. Tetapi dengan dengan dalih korona, Pemerintah tidak memberangkatkan haji .

Sayang seribu sayang, pernyataan mereka disambut berbeda oleh Duta Besar Pelayan Dua Kota Suci Untuk Republik Indonesia  Essam Bin Ahmed Abid Althaqafi.  Dalam suratnya kepada Ketua DPR RI Puan Maharani, Kamis (3/6/2021), Essam Bin Ahmed Abid Althaqafi menyatakan Kerajaan Arab Saudi hingga saat ini belum mengeluarkan instruksi apapun berkaitan dengan pelaksanaan haji tahun 1442 H/2021 M, baik bagi para jamaah haji Indonesia atau bagi para jamaah haji lainnya dari seluruh negara di dunia.

Surat itu sekaligus menanggapi 2 anggota DPR RI, yaitu Sufmi Dasco yang menyatakan Indonesia" tidak memperoleh kuota haji" pada tahun ini; serta Ace Hasan Syadzily yang menyebutkan  ada "11 negara telah memperoleh kuota haji" dari Kerajaan Arab Saudi pada tahun ini, dan Indonesia tidak termasuk diantaranya.

Satu tokoh lagi yang buru-buru minta maaf karena penyataannya, yaitu Ustaz (penceramah) Haikal Hassan Baras. Sebelumnya ia mengkritik Pemerintah Indonesia terkait penundaan ibadah haji 2021. Permohanan maaf melalui akun Twitter pribadinya @haikal_hassan, Sabtu (5/6/2021) dini hari. "Oohh maaf, jadi begini?...Saudi BELUM memutuskaaaann...,'' tulis Haikal. Haikal juga mengutip artikel berita dari Kompas.com, Jumat (4/6/2021) sebagai dasar permintaan maafnya itu.

Minta maaf, tapi ada nada tidak percaya, ada nuansa sangsi, main-main, dan tida ikhlas. Padahal pernyataannya tidak main-main. Coba saja cermati unggapannya Haikal Hassa di Twitter terkait penundaan pemberangkatan calon jemaah haji Indonesia 2021:

"Baru pertama kali terjadi sejak ada NKRI dimana warganya tidak bisa pergi Haji. Apakah karena faktor terlalu dekat ke RRC?"

"Apakah karena kezaliman thd HRS? Apakah karena dana haji dipaksa dipakai? Apakah murni alasan kesehatan? Apakah menunggu pengadilan akhirat saja?" tulis Haikal.

Entah kemana-mana saja pikiran dan logika Haikal Hassan itu? Nyatanya ia hanya menduga-duga dan berprasangka buruk. Terbukti ia buru-buru minta maaf.

Akankah Rocky Gerung dan Rizal Ramli juga segera minta maaf? Mereka terlalu tangguh untuk cepat menyerah. Toh keduanya bukan sembarangan derajat keilmuannya. Artinya, ketika ada tantangan dari seorang anggota DPR RI, Yandri Susanto, untuk mengadakan dialog di forum terbuka, ya diterima saja. Terima saja tantangan itu dengan gagah-berani. Tetap tegar, anpa rasa was-was sedikit pun. Jangan kecewakan para pendukung dan fans berat Anda berdua dengan sekadar minta maaf. Itu bukan watak kesatria. Biarlah Haikal Hassan minta maaf, tapi rasanya pantang bagi Rocky dan Rizal.

*

Inilah era ketika kebohongan, pemutarbalikan fakta, untuk kepentingan-kepentingan tertentu terus diproduksi. Produsennya bukan semata pembuat hoaks professional (demi uang), tetapi juga para akademisi, para politisi, para petualang, orang-orang awam, para ahli agama, dan tak ketinggalan para "bandit" yang praktik bisnis mereka terganggu.

Ada yang menjadi produser hoaks demi konten, tetapi tak sedikit demi aktualiasi diri sebagai orang yang selalu update. Soal informasi salah, palsu, bohong, menyesatkan, dan membodohi, tak lagi penting dibahas. Viral dan trending menjadi sasaran utama.

Kembali ke Rocky Gerung dan Rizal Ramli: Kapan ada waktu dan kesempatan dalam forum terbuka (di media) seperti tantangan Yandri Susanto? Tentukan saja tanggal pastinya. Jangan pakai lama. Jangan dulu minta maaf. . . . !

Nah, itu saja. Mudah-mudahan ada hikmah di balik cerita di atas. Wallahu a'lam. ***

Cibaduyut, 7 Juni 2021 / 25 Syawal 1442
Sugiyanto Hadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun