Membandingkan itu bagus dan wajar. Apapun, sebelum mengambil sikap dan keputusan kita selalu membandingkan. Tujuannya, bukan memilih yang buruk. Apalagi yang terburuk. Melainkan yang baik, atau terbaik. Membandingkan itu memilih.
Begitu pula kiranya ketika gitaris grup bank Slank Abdee Slank, nama asli Abdi Negara Nurdin, Â dipilih. Menjadi Komisaris di PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Artinya, ia orang pilihan. Meski diantara orang-orang yang (misal) kurang ini-itu, lemah ininya-itunya, pernah berlaku konyol begini-begitu, dan seterusnya. Boleh jadi ia teratas dalam ranking pilihan. Puluhan, atau bahkan ratusan orang sudah terdaftar. Dan tinggal nunggu urutan. Siapa tahu.
Satu-satunya orang yang mungkin tidak mau dipilih (barangkali) Iwan Fals. Aku bukan lelaki pilihan, lirik salah satu lagunya yang populer.
Ya, tapi kenapa bukan (misal lagi) Bang Haji Rhoma (nama asli Raden Irama). Bukankah beliau mumpuni, piawai, dan juara di panggung musik? Tidak sekali dua, melainkan kerap dan berulang lama berkreasi musik dan film. Lihatnya ketika Bang Haji manggung, puluhan ribu hingga ratusan ribu penonton bergoyang dan tercengang. Cermati tatkala Bang Haji berperan sebagai pemeran film Satria Bergitar, Â Begadang, Nada dan Dakwah, dan Berkelana. Simak pula lagu sangat popularnya: Darah Muda, Ani, Mirasantika, Judi, dan banyak lagi.
Kenapa bukan Iwan Fals, bukan Ahmad Dhani, bukan Tukul Arwana, dan sebut satu nama siapa saja yang melintas di kepala. Kenapa bukan mereka? Kenapa justru Abdee Slank?
Simak pula: Menulis Cerpen Apa Ada Kiatnya? Ua, Adalah. .
*
Balas Jasa Jokowi
Konser bertajuk "Salam Dua Jari" memang fenomenal. Â Stadion sebesar itu penuh sesak dengan pendukung-penyanjung-penggemar. Mungkin bukan pendukung Jokowi kala itu. Tapi lebih pada pendukung Slank yang memang luar biasa, fenomenal, dan dahsyat sebagai fans berat.
Artinya, bisa saja sebenarnya Abdee Slank menggelar konser dengan tajuk lain. Misal, Salam Tiga Jari, atau bahkan Salam Sebelas Jari. Sah-sah saja. Andai Bang Haji juga membuat konser di tempat yang sama, kiranya pengunjung-pendukung-fans dangdut di tanah air bakal tumplek-blek tak menyisakan sejengkal tanah pun dari goyang-teriak dan euforia mereka. Meski yang didukung Prabowo. Â
Jadi wajar bila Jokowi melakukan balas jasa. Kalau memang sangkaan bernada negatif itu hendak digunakan untuk maksud negatif pula. Kepada "lawan" pun Jokowi melakukan balas jasa, apalagi terhadap "kawan". Â Tidak ada sulitnya. Kepada "musuh" yang pada dua pilpres habis-habisan "menyerang dan meradang" pun dirangkul, mana pula kepada "sohib kental".