Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omongan Tetangga, dari Buto Ijo hingga Kandang Bubrah

8 Mei 2021   16:29 Diperbarui: 8 Mei 2021   17:03 3512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sesajen untuk pesugihan - boombastis.com

Kecurigaan pada salah satu warga sempat muncul. Tetapi tidak pernah ada tindakan lanjutan. Peristiwa mistis itu sudah lama berlalu, dan tidak pernah terjadi lagi. Orang yang diduga pelaku sudah meninggal dunia.

*

Ada lagi cerita seorang kenalan. Sebut saja namanya Asni.  Ketika masih kelas 3 SD ia pernah di ajak ibunya bertandang ke rumah seorang saudara jauh. Sebut saja namanya Pak Bun. Diceritakannya, Pak Bun merupakan oang kaya, usahanya banyak, mobil pribadi dan angkotnya pun banyak.

Seperti anak-anak lain, Asni bermain bersama anak-anak Pak Bun. Mereka menjelajah ke halaman dan beberapa sudut rumah. Naik ke lantai dua. Bahkan ia menyelinap sendirian ke lantai tiga. Di lantai tiga itu Asni masuk ke sebuah ruangan dengan pintu tertutup. Ia penasaran. Di situ ada sesajen di atas tampah besar. Ada kemeja panjang warna hitam tersampir di dinding. Suasananya suram. Anehnya ada bagian ruangan yang dindingnya dibiarkan bolong.  

Belum sempat melihat-lihat lebih lama,  Asni dipanggil ibunya dari lantai bawah. Asni bergegas turun.

Dalam perjalanan pulang ibunya wanti-wanti agar lain kali tidak bermain ke lantai tiga. "Kenapa, Bu. . . .", tanya Asni dengan wajah heran. Ibunya tidak segera menjawab. Beberapa hari kemudian, di rumah, dengan setengah berbisik Ibu si  Asni baru menjawab: "Itu ruangan sangat pribadi. Pak Bun kalau mau mencari uang masuk ke sana. Lalu mengenakan kemeja hitam. Dan jadilah ia . . . .". Asni penasaran, bertanya "Apa?" Ibunya ganti berbisik ke daun telinga puterinya, "Babi hutan. . . . !"

*

Ya, demikian saja kisah-kisah yang terkumpul dari omongan tetangga. Itu kisah orang-orang salah jalan, bahkan sesat. Kisah mereka yang putus-asa, mata-gelap, nekat memilih jalan pintas untuk cepat kaya, dan tak segan bersekutu dengan setan. Mereka, tidak untuk ditiru. Wallahu a'lam, ***

Cibaduyut, 8 Mei 2021 / 25 Ramadan 1442
Sugiyanto Hadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun