Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dua Kegembiraan bagi Orang yang Berpuasa

28 April 2021   23:51 Diperbarui: 29 April 2021   00:05 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi orang membaca Al Qur'an di masjid - kompas.com

Sangat banyak ayat suci, hadis, maupun doa yang disampaikan para Ustaz terkait dengan pelaksanaan Ramadan. Berbeda dibandingkan dengan bulan-bulan lain, Ramadan merupakan bulan khusus. Bulan suci, bulan yang penuh kemuliaan, ampunan, dan maghfirah.

Ayat suci yang selalu disitir para penceramah dalam tausyiah jelang salat berjamaah tarawih, maupun sesudah salat subuh berjemaah di masjid, yaitu  Al Quran, Surat Al Baqarahl (2), Ayat 183. Dalam Arab-Latin: "Y ayyuhallana man kutiba 'alaikumu-iymu kam kutiba 'alallana ming qablikum la'allakum tattaqn" Yang artinya: "Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Bahasannya: mahluk yang diseru adalah orang-orang beriman. Mereka yang beriman belum tentu bertakwa. Ukuran bertakwa yaitu melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya.

Kewajiban berpuasa itu bukan baru pada umat Rasulullah, melainkan sudah diwajibkan kepada umat-umat Nabi terdahulu. Seruan itu bersifat wajib. Puasa merupakan rukun iman ke 4. Rukun iman pertama yang bersyahadat (mengucapkan dua kalimat syahadat), dilanjutkan mendirikan shalat, membayar zakat, kemudian berpuasa pada bulan Ramadan, dan terakhir menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.  

Namun, ada lagi tuntutan lain bagi orang yang mengaku bertakwa, yaitu yang sebenar-benarnya takwa. Bukan hanya dimulut, bukan hanya di depan orang untuk pamer, bukan hanya ibadah ritual tetapi juga ibadah sosial. Semua itu harus dilandasi dengan keikhlasan-kekhusukan-keistikomahan pada saat melaksanakannya.

*

Adapun Hadis yang paling penulis sukai yaitu tentang dua kegembiraan orang berpuasa.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda  (yang artinya): "Untuk orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya." (HR Muslim, No. 1151).

Bagi orang yang tidak menjalani, berpuasa Ramadan terasa sangat memberatkan, menyiksa diri, dan sama sekali tidak menggembirakan. Padahal hal sebaliknya yang mereka rasakan. Orang mampu bertahan dalam kondisi sulit, bahkan di belahan dunia lain waktu berpuasanya sampai sekitar 20 jam, dan dijalani dengan penuh kesungguhan. Kegembiraanlah salah satu penyebabnya.

Gembira saat berbuka. Begitu adzan maghrib bergema, atau saat sebulan penuh telah dilalui dengan baik, tidak ada rasa lain kecuali gembira. Sangat gembira. Ujian fisik-mental-hati terlampaui. Tinggal berhap pahala dari Sang Khalik. Dan sudah ada janji, pahala puasa Ramadan akan diberikan langsung dari Allah. Pada saat pertemuan kelak.

Demikianpun orang-orang yang berpuasa harus bersungguh-sungguh dalam puasanya. Sebab banyak oang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Mengapa? Perhatian pada tingkatan mana kualitas puasa kita.

*

Berpuasa Ramadan merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah (yang memenuhi syarat untuk melaksanakannya). Menurut Imam Ghazali, ada tingkat-tingkat kualitas pelaksanakan puasa. Dari mulai puasanyaorang awam, puasanya orang-orang khusus (istimewa), hingga puasanya orang-orang sangat khusus (sangat istimewa).

Yang membedakan ada pada pantang, atau menahan diri, selama menjalani puasa.  Bagi si awam, puasanya hanya menahan lapar, haus, dan syahwat, serta hal-hal yang membatalkan puasa. Pahalanya pun sedikit, sering malah tidak berpahala. Adapun puasanya orang khusus diambah lagi dengan berpuasa indera dan anggota badan dari berbuat maksiat. Mata, telinga, mulut, juga kaki, tangan, dan segenap anggota badan.

Tingkatan ketiga, puasanya orang-oang sangat khusus (para nabi, shiddiqin, dan muqarrabin). Selain menahan haus,lapar dan syahwat serta anggota tubuh, puasa ini menahan hati dari keraguan mengenai hal-hal keakhiratan. Tidak lagi memikirkan urusan dunia, dan menjaga diri dari berpikir selain Allah SWT.

Untuk mencapai tingkat ketiga, bagi penulis, sangat tidak mungkin. Kalau boleh pada tingkatan ke dua pun sudah sangat baik.

*

Untuk doa, sangat banyak jumlahnya. Khusus doa-doa selama Ramadan, ada 2 doa tak boleh ketinggalan. Pertama, doa niat sahur/berpuasa Ramadan. Kedua, doa berbuka puasa. Sejak kecil kedua doa itu hafal di luar kepala. Khusus untuk doa niat berpuasa biasanya dilafalkan setelah salat tarawih berjamaah di masjid.

Nah, itu saja. Sudah dekat tenggat. Harus buru-buru, cari gambarnya dulu. Terima kasih bila sudi singgah dan memberi apresiasi. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 28 April 2021/16 Ramadan 1442
Sugiyanto Hadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun