Juga aktivitas yang selalu seru bagi ibu-ibu yaitu merencanakan menu berbuka yang menggugah selera. Ya, pasti saja, selera pagi hari saat merencanakannya. Entah nanti, tetap pada pendirian atau berubah, ketika Maghrib tiba. Penulis meski sekadar usul dan membantu ide, ikut merasakan greget (antusiasme) isteri ketika hendak mewujudkan usulan itu. Sesekali ada nada keberatan: harus pesan sejak sore ke tukang warung sayur, harga-harga naik, barangnya jelek. Buntutnya, tidak sempat memasakkan karena jadwal pengajian bertumpuk.
Satu lagi, apalagi kalau bukan olahraga yang menyehatkan jasmani dan rohani. Tidak perlu peralatan olahraga macam sepeda statik, treadmill, atau barbel. Cukup dengan cuci pakaian manual. Menjemur (sambil berjemur), angkat pakaian bila sudah kering (waspadai mendung dan hujan jatuh sewaktu-waktu), dan menyeterika (ini bagian isteri yang tentu lebih rapi). Â
Ditambah lagi, olahraga bersih-bersih rumah: menyapu, mengelap perabotan berdebu, membongkar kompor gas, memasang lampu mati, menyiram pot bunga, dan menyikat dinding/lantai kamar mandi. Jangan lupa, untuk para bapak, harus rajin berolahraga jalan kaki lima kali sehari. Pergi-pulang ke masjid terdekat, untuk salat wajib berjamaah. Jelang 10 hari terakhir tambahi dengan ber'itikaf, baca Al Qur'an dan terjemahannya, berdzikir, salat sunah, juga bersedekath
Mungkin ada, yang terlewat belum disebutkan. Atau belum dilakukan. Masih ada setengah bulan lagi untuk mengejar melakukan hal-hal baik lain di rumah. Dua hal sekaligus di dapat, pertama, menjalani shaum lebih nyaman-khusuk. Kedua, upaya menjauhi tertular korona lebih maksimal. Ketiga, hasil akhir yaitu tujuan dunia dan akhirat meski belum sempurna Insyaa Allah terpenuhi.Â
Itu saja. Daadline sudah lewat. Apa boleh buat? Tapi mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat. Membuat Ramadan sibuk meski di rumah saja. Pertama-tama untuk diri sendiri, selanjutnya untuk pembaca yang berkenan. Wallahu a'lam bish-shawab. ***
Sekemirung, 28 April 2021 / 15 Ramadan 1442
Sugiyanto Hadi