Suasana Ramadan selalu berbeda dibandingkan 11 bulan lain. Hal-hal kecil terasa khusus, dan mudah diingat untuk menjadi kenangan. Satu diantaranya, yaitu lagu membangunkanoang sahur, yang merupakan salah satu cikri khas bulan suci itu.
Lagu pertama yang penulis sukai saat bulan Ramadan, yaitu lagu anak-anak dan remaja yang sedang membangunkan orang untuk makan sahur. Banyak versi mengenai lirik dan lagu mereka. Salahnya satu lirik, seperti berikut:
sahur 2x  sahur 2x sahur2x // ayo kita sahur // bapak2 ibu2 yo kita bangun sahur  // besoknya kita akan berpuasa  //  berpuasa kita akan dapat pahala  //  tak puasa akan mendapatkan dosaÂ
Dua hal yang mudah diingat, mereka kerap menggunakan alat seadanya. Musik parkusi dapat tercipta dengan cepat. Sekadar gallon air, ember plastik, atau kaleng cat bekas dapat digunakan. Ditambah lagi botol kecap. Ditempat lagi menggunakan beduk, panci, baskom, botol atau apapun saja yang penting bisa menghasilkan bunyi.
Lalu teriakan-teriakan membangunkan orang tidur, dan celoteh apa saja, disela-sela nyanyian. Riuh, gaduh, dan kerap justru mengganggu ketenangan malam.
Ada lagi kelompok dengan peralatan lebih lengkap. Biasanya menggunakan gerobak dorong untuk mengusung sound system, speaker, termasuk aki/generator.
Di daerah-daerah tertentu, kelompok orang yang membangunkan orang untuk sahur menjadi semacam pengamen. Mereka erima uang dari sejumlah warga yang merasa terbantu. Bentuknya bisa berupa uang Lebaran, atau bingkisan. Diberikan pada hari-hari terakhir jelang Idul Fitri.
Di Kuningan, tradisi itu disebut ubrug-ubrug; di Salatiga Jawa Tengah disebut percalan; di Kalimantan Selatan (Kalsel) dikenal dengan bagarakan sahur. Bahkan, Pemprov Kalsel rutin menyelenggarakan festival bagarakan setiap tahunnya. Sumber 1/
Baca juga: Madu Saat Shaum, Jaga Nutrisi, dan Pilih Kojima
*
Lagu lama yang sangat terkenal dan menjadi semacam lagu wajib selama Ramadan, yaitu lagunya Bimbo. Grup musik asal Bandung yang beranggotakan Jaka, Acil, Sam, dan Iin Parlina itu telah banyak merilis aneka genre lagu, termasuk lagu religi.
Salah satu lagu religinya yang fenomenal berjudul "Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya" Sumber 2/
Ada anak bertanya pada bapaknya // Buat apa berlapar-lapar puasa  // Ada anak bertanya pada bapaknya  //  Tadarus tarawih apalah gunanya
Lapar mengajarmu rendah hati selalu  // Tadarus artinya memahami kitab suci  //Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi  // Lihatlah langit keampunan yang indah
Menyebut nama Bimbo kurang afdol bila tidak menyebut ke-istiqomahaan mereka dalam berkarya lagu. Grup Bimbo didirikan sekitar 1967. Dari perjalanan panjang melintasi kurun waktu lima dasawarsa itu, putra-putri Hardjakusumah ini telah menulis dan mendendangkan banyak lagi. Tak kurang 300 lagu  terkumpul dalam puluhan album.
Baca juga: Pejuang Emansipasi, Kartini dalam Keluarga, dan Seorang Hafidzah
Banyak di antara karya mereka menjadi lagu abadi. Bukan hanya lagu pop, Bimbo merangkum berbagai genre musik, mulai dari balada, latin, dangdut, hingga melayu. Temanya pun beragam, dari cinta, kritik sosial, humor, kritik sosial-politik, dan religi, hingga persoalan global. Sumber 3/
Untuk pensiunan seperti saya, lagu-lagu Bimbo menginspirasi, dari mulai belajar menggitar, menyanyikannya, menulis puisi dan cerpen (dari SMa hingga kuliah, kemudian menjadi jurnalis media audio-visual.Â
Masa yang panjang itu berarti pula melewati aneka perkembangan selera, dari mulai lagu romantis, lagu hiburan/humor, lagu kehidupan, hingga lagu religi/keagamaan. Bahkan juga seiring dengan perkembangan teknologi, dari mulai ketergantungan pada radio dan televisi, lagu berganti alat pemutar lagu (piringan hitam, kaset, cakram, dan flashdisk), hingga perangkat mutakhir yaitu smartphone.
Baca juga: Ramadan, Mengatur Keuangan, dan Berhemat untuk Sehat
*
Beberapa grup musik juga menyajikan lagu religi yang menjadi popular, diantara Band Wali (Tobat Maksiat), Noah (Sajadah Panjang, karya Bimbo), D'Masiv (Mohon Ampun Aku), Gigi (Kusadari Akhirnya), Ungu (Surgamu).
Yang tidak berubah tentulah praktik berpuasa dengan segenap usaha pemningkatkan kuantitas dan kualitas amal-ibadah di dalamnya. Lagu-lagu sering hanya sebagai perintang-rintang waktu. Bila teringat hal-hal lain lebih baik dilakukan, maka ada juga rasa penyesalan. Mestinya Ramadan digunakan untuk memperbanyak amal-ibadah, terutama yang sunah, termasuk juga ber-'itikaf --berdzikir -- tadarusan --sholawatan dan berdiam diri di dalam masjid, daripada sekadar mendengarkan lagu.
Terlebih umur makin sepuh. Waktu tinggal sedikit lagi. Jangan lagi hanya mendapatkan lapar dan dahaga, sementara hal-hal penting lain justru terlewatkan. Wallahu a'lam. ***
Sekemirung, 22 April 2021 / 10 April 1441
Sugiyanto Hadi
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H