Sementara itu mengenai sosok Pak Widyarka, rupanya ia banyak bertemu jurnalis. Terutama ketika bertugas di KBRI Kuala Lumpur. Ia menangani Bidang Sosial, Budaya dan Penerangan, sekaligus sebagai jubir. Dua tahun bertugas di negeri jiran (2009 -- 2011) ia berhasil menerbitkan tabloid Caraka (bulanan, 30 ribu eksemplar per bulan, dan dibagikan gratis kepada diaspora), menjadi editor pembuatan Kamus Bahasa Indonesia -- Malaysia, dan editor buku Diplomasi Perjuangan Tersibuk di Dunia.
*
Seperti penulis, lain soal sunting-menyunting hal biasa. Dan memang harus dibiasakan. Pertama-tama pastilah menyunting tulisan sendiri. Sebelum dikirim ke media cetak, atau di-posting di media online, penyuntingan wajib dilakukan.
Pengalaman menjadi penyunting bukan hal baru bagi saya. Sudah lama saya lakukan, ya selama saya menjadi penulis untuk media. Dulu, tulisan (fiksi dan non fiksi) di media cetak (lembar koran-tabloid-majalah) anak-anak, lalu media remaja, media dewasa, dan akhirnya ke media online.
Belajar dari kebiasaan, serta dari membaca dan membandingkan karya orang lain, saya pun berani menyunting tulisan orang lain. Tentu dengan catatan, penyunting amatiran.
Suntingan demikian semata untuk tulisan sendiri. Begitu "ngetik" selesai, sesaat menyeruput kopi dan menyedot sebatang rokok. Beberapa sat kemudian tulisan itu perlu dibaca ulang, dan ulang. Sunting dekat dengan kegiatan koreksi. Terbanyak typo (salah huruf, salah ketik, salah tanda baca, dan seterusnya). Lalu benahi ihwal tata serta kebahasaan, menimbang-nimbang diksi, dan akhirnya meringkas-padatkan. Agar tidak bertele-tele.
Hal terakhir itu, sangat penting sebab rasanya setiap penulis suka spontan: menulis panjang kali lebar kali tinggi. Kecuali penulis yang sudah piawai betul. Jadi, tulisan tersebut perlu diringkas. Dipotong-potong. Bila tidak perlu betul kata "yang, sudah, bahwa, maka, dsb." hapus. Ganti dengan tanda baca.
Dengan begitu kalimat lebih pendek, tajam, langsung sasaran. Dan tidak bikin mata maupun pikiran letih ketika membacanya. Begitu idealnya. Tapi kemampuan penyuntingan saya masih jauh dari memadai.
*
Buku itu berisi 4 bab, terdiri atas 32 judul tulisan. Kata pengantar oleh Menlu RI Retno L.P. Marsudi, sedangkan sambutan oleh Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X. Seiring dengan penerbitan buku "Jejak ORang Jawa di NC", Pak Widyarka mendapat sejumlah undangan sebagai narasumber dari Perguruan Tinggi maupun media massa.