Banyak pelajaran dari kasus Dewa Kipas mestinya dapat dipetik. Kalau diurut-urut panjang juga sebenarnya pembicaraan mengenai sosok yang memiliki nama asli Dadang Subur itu. Tapi bagus kita satu aja diulas, yaitu permintaan WGM Irene Kharisma Sukandar agar publik tidak lagi menghujat Dewa Kipas atau Dadang Subur. Sumber 1/
Ada 6 kata kata penting dari ungkapan Irene, 1/ publik, 2/ tidak lagi, 3/menghujat, dan 4/ Dewa Kipas atau Dadang Subur.
Publik terlibat dalam pemberitaan yang sepintas terasa merugikan salah satu warga Indonesia. Kebetulan yang menjadi sasaran tembak warga negara lain. Maka timbul pro-kontra, muncul keberpihakan, dan seperti biasanya soal itu menjadi viral.
Begini asal-mula prmberitaannya: Melansir Kompas.com, 4 Maret 2021, seeorang pecatur asal Indonesia di platform Chess.com dengan akun "Dewa_Kipas" (nama asli Dadang Subur) mendadak dikenal luas dan viral setelah diblokir gamer catur dunia, Levy Rozman (streamer Twitch dan Youtuber "GothamChess"). Â Sumber 2/
Nama Dewa Kipas mendadak sontak melejit, bikin orang penasaran untuk segera tahu dan membuktikan sehebat apa permainan? Itu untuk orang-orang yang kaget-kagum dan pokoknya ikut-ikut memuja dan memuji si pecatur yang menghebohkan itu.
Sebaliknya, tidak sedikit publik --terutama netizen- yang menghujat, lantaran jelas dan sangat gamblang bahwa perilaku curang Dadang Subur tak terbantahkan lagi. Hanya herannya, baik Pak Dadang maupun anaknya --bernama Ali Akbar- tidak mengucapkan satu patah pun soal pengakuan tindak kecurangan. Dengan kata lain, soal pengakuannya masih tersamarkan.
Nah, khusus untuk para penghujat Irene mengingatkan agar tidak melakukannya lagi. Tegasnya, "Jangan dihujat lagi".
Terlebih bila mereka yang semula dengan spontan dan tanpa paksaan menyatakan kaget-kagum dan pokoknya ikut-ikut memuja dan memuji si pecatur yang menghebohkan ganti menghujat, mlebih kejam-nekat dan brutal lagi. Ampun dah.
Cukuplah malu dan tersipu-sipu --bila memang masih punya rasa malu- si Dewa Kipas (serta netizen para pembelanya) dikalahkan telak oleh WGM Irene Kharisma Sukandar, 3-0, tanpa balas. Sumber 3/
Babak ke empat tidak dilanjutkan, karena Dadang Subur sudah angkat tangan, lempar handuk, mengaku kalah. Tidak berkutik, loyo, dan kurang semangat.
Seperti dijelaskan dalam podcast, format pertandingan persahabatan itu empat babak dengan waktu berpikir per babaknya adalah 10 menit, dan jeda antar babak 5 menit. Dan luar-biasanya jumlah penonton tertinggi mencapai 1,25 juta.
Sudah 4 kata terurai, masih tersisa dua kata lagi, yaitu 4/ Dewa Kipas (nama aslinya Dadang Subur). Siapa beliau itu? Coba cari sendiri, banyak informasi mengenai sosoknya. Bagi penulis yang lebih penting yaitu mengenai bagaimana cara membelanjakan uang Rp 100 yang mendadak sontak berada dalam genggaman Kang Dadang.
Boleh usul, mungkin ada yang ingin memperpanjang pujian, atau sebaliknya hujatan, kepada Dewa Kipas. Usul, misalnya, "Pak Dadang Subur, bikinlah turnamen catur dengan hadiah total Rp 100 juta dengan nama turnamen 'Dewa Kipas Menuai Badai' ". Boleh jadi podcast Deddy Corbuzier masih berkenan untuk mengundangnya dan memfasilitasi turnamen itu.
*
Lupakan Dewa Kipas, dan mari fokus pada lawan mainnya. Irene bukan nama sembarangan, terbukti dari gelar yang disandang dalam olahraga catur, yaitu Grand Master Wanita (WGM). Â Sebagai pemenang ia mengantongi hadiah Rp 200 juta.
Irene termasuk yang mengkiritisi perilaku urang Dadang Sabur. Hal itu diperbicangkannya saat menjadi bintang tamu podcast Deddy Corbuzier, hingga ia pun ikut-ikutan dihujat para pendukung/pembela Dewa Kipas. Padahal sebenarnya, kemenangan Irena tidak punya arti penting sebagai pemain catur profesional tingkat dunia, selain sekadar pembuktian atas tanggapannya bahwa Dewa Kipas telah berlaku curang di platform Chess.com.
Selebihnya, mungkin ia merasa mendapatkan hiburan, melalui ungkapnnya: "Saya sangat menikmati pertandingan ini. Saya datang ke sini untuk memenuhi undangan Deddy Corbuzier. Saya datang sebagai pecatur profesional," kata Irene Sukandar.
*
Meski kalah, Dadang Subur tidak mau kehilangan muka. Ia masih tetap -dengan nada optimistis- berdalih, dibalik semua ini ada hikmah positif. Begini katanya: "Setelah ini, tidak usah lagi membahas Dewa Kipas. Biarlah itu menjadi angin lalu," kata Dadang Subur. "Kita buang yang negatif. Positifnya, sekarang banyak orang yang gemar bermain catur."
Nah, 'kan? Jangan tanyakan mengenai kapan pengakuan curangnya dibuka, sebab pasti Pak Dadang khawatir bila harus buka-bukaan bakal banyak pecatur amatiran (yang bermental curang) mengikuti jejaknya. Jangan pula tanyakan bagaimana sikap para netizen pendukung Dewa Kipas (yang terus menyerang Chess.com dan Levy Rozman atau GothamChess) yang membuat nama-baik Indonesia tercoreng di mata dunia catur internasional. Jangan. . . . Â ! ***
Sekemirung, 23 Maret 2021 / 10 Sya'ban 1442
Simak bacaan lain yang menarik:
alas-kaki-ongkos-parkir-dan-padang-mahsyar
forum-virtual-debriefing-perwakilan-ri-dan-peluncuran-buku-diplomasiÂ
resensi-diplomasi-para-diplomat-lewat-tulisanÂ
nurdin-abdullah-ott-kpk-dan-tidak-ada-kata-jeraÂ
hantu-jarum-suntik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H