Humor muncul dalam keseharian kita. Siapapun yang punya rasa humor boleh tertawa. Tidak harus mentertawakan orang lain, melainkan diri sendiri saja sebagai obyeknya. Bayangkanlah betapa repotnya, kalau sekadar hendak disuntik pun harus dengan paksaan dan kekerasan. Seperti melihat hantu. Lihatlah kumpulah video tentang itu yang tayang di layar tv, atau di Youtube.
Begitulah, sejumlah peristiwa harus terjadi. Dan selalu ada sisi humor saat menyikapinya, tidak perlu dengan berkerut kening. Tertawalah, mudah-mudahan ketegangan dan keruwetan hidup sedikit terurai.
*
Suntik vaksin Covid-19 ternyata memunculkan aneka kelucuan yang betul-betul natural tanpa rekayasa. Hal ini tentu di luar urusan serius dan gentingnya. Kelucuan diviralkan. Tingkah-polah orang-orang takut jarum suntik ternyata unik dan aneh-aneh.
Jangankan awam, seorang Kepala Puskesmas pun (bahkan digambarkan berbadan besar) ada yang ketakutan luar biasa ketika hendak disuntik. Ia bukan takut sanksi lantaran menolak vaksin tetapi trauma.
Ada warga yang harus dipegang tentara agar tidak memberontak, ada yang jerit-jerit, ada pula yang menangis, ada yang melafal Alfatihah dengan berteriak, ada yang sekadar menggunakan telapak tangan untuk menutup kedua matanya. Aneka peristiwa itu diiringi gelak tawa orang-orang di sekeliling yang kebetulan menyaksikan adegan tersebut.
Bahkan ada sekelompok orang yang harus bersembunyi ke hutan lantaran takut disuntik vaksin. Agaknya mereka lebih memilih terpencil di hutan daripada bertemu jarum suntik.Â
"Di hutan banyak satwa liar nan buas, Bu.. . . . . !" ucap seorang pemuda coba menakut-nakuti seorang ibu saat bersiap-siap hendak berangkat ke hutan.
"Mendingan ke hutan, Bang. Di sini banyak manusia buas. . . .!" jawab si ibu dengan nada bercanda.
*
Diberitakan, sejumlah warga Dusun II Batu Putih, Desa Alila Timur, Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), sembunyi di hutan karena takut disuntik vaksin Covid-19. Â Menurut Kapolres Alor AKBP Agustinus Christmas, warga bersembunyi di hutan karena mendapat informasi hoaks tentang vaksin Covid-19.
Berita-berita di media sosial dan informasi lainnya yang menyesatkan membuat warga panik dan ketakutan. Pilihan terbaik mereka yaitu bersembunyi di hutan. Ada yang berdalih menjaga kebun di dekat hutan, karena sebentar lagi masa panen jagung. Â
Aparat keamanan setempat pun bersinergi memberikan penjelasan kepada masyarakat. Hasilnya, warga berangsur-angsur kembali ke rumah.
*
Pandemi Covid-19 merupakan persoalan serius, bukan hanya di tanah air, melainkan ke seluruh dunia. Munculnya alternatif menghentikan penyebaran virus itu menggunakan vaksin dimaknai bermacam-macam, untuk mendapatkan dalih menolak disuntik vaksin. Demikian pun ada yang memang betul-betul menolak lantaran takut jarum suntik.
"Sudahlah, Mak, jangan kau bawa aku ke Puskesmas untuk disuntik. . . .!" mungkin begitu rengek seorang bocah kepada Emaknya. Tetapi, aneh bin ajaib si bocah takut jarum suntik itu punya cita-cita tinggi menjadi dokter. Cita-cita pun tercapai, dan suatu hari ia diangkat menjadi Kepala Puskesmas. Sayangnya, ketakutannya pada jarum tak kunjung sembuh.
Nah, bapak itu yang kemudian viral menjadi salah satu pelaku kelucuan gara-gara hendak divaksin Covid-19. Â "Ampun, Bu Perawat. Jangan sakiti hamba . . . . . . !" pekik Pak Kepala Puskesmas dengan nada sangat cemas, histeris.
Tetapi ia lupa tidak minta ampun pada sejumlah sejawat yang mengabadikan dan memposting peristiwa itu menggunakan smartphone mereka. Maka tak ada ampun, gambarnya pun menjadi bahan guyonan pada banyak media audio-visual maupun platform media sosial.
*
Kembali pada peristiwa Kepala Puskesmas yang bikin tertawa, mudah-mudahan setelah disuntik vaksin beliau sehat-sehat saja. Mudah-mudahan sembuh traumatiknya terhadap jarum suntik. Sangat bagus bila ia menjadi contoh baik bagi warga bangsa yang menolak disuntik vaksin dengan berdalih didasari prasangka buruk.
Mudah-mudahan para pengungsi ke hutan segera kembali ke rumah masing-masing, lalu menyerahkan lengan mereka dengan suka-rela ke perawat/dokter untuk disuntik. Tidak ada itu hantu jarum suntik, yang ada justru ibu perawat maupun dokternya cantik-cantik. Jangan pula nanti kena sanksi lantaran menolak vaksin.
Orang-orang yang tetap menolak disuntik vaksin memang perlu diberi informasi lebih lengkap dan akurat. Jauhkan mereka dari hoaks dan pemberitaan menyesatkan dilandasi kebencian. Nah, untuk warga yang belum kebagian suntik vaksin Covid-19 gratis, tunggu  giliran. Tapi jangan mau dijadikan bahan ejekan dan candaan. ***
Sekemirung, 20 Februari 2021 / 8 Rajab 1442
Baca juga tulisan menarik sebelumnya:
puisi-jangan-cari-aku-di-kuburan-itu
awas-saling-tuduh-kebablasan-berujung-gaduh
cerpen-momongan
cerpen-dompet-kosong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H