Tidak ada orang yang sengaja ingin lupa. Tetapi lupa memang kerap datang tak terduga waktunya. Sulit dilogikakan kenapa harus ada. Dan terutama (bila dirasa-rasa dan disadari) jadi terasa aneh, menjengkelkan, tetapi lucu.
Ya, hari ini saya lupa kalau hari Jumat. Saya terlalu asyik di depan laptop menuis materi yang tertunda-tunda. Selintasan ada dalam ingatan, hari ini Sabtu. Jadi ketika tadi pagi anak bicara dan menyebut hari Jumat, saya pun tidak segera terbebas dari lupa.Â
Bahkan isteri yang biasanya mengingatkan soal hari, siang ini pun ketularan lupa. Â Hanya beberapa detik sebelum adzan berkumandang ia bertanya soal jam. Waktu, kurang seperempat jelang pukul 12.
*
Menunggu Adzan
Pada salat wajib berjamaah di masjid kebiasaan saya menunggu adzan baru berangkat ke masjid. Tetapi hari ini Jumat, dan itu berarti harus berangkat setidaknya 30 menit sebelum adzan berkumandang. Agar mendapatkan tempat di ruang utama.Â
Di sana ada 2 buah AC yang menyejukkan. Kalau agak terlambat bisa mendapatkan ruang belakang dengan fasilitas kipas angin. Lebih terlambat lagi mendapatkan ruang samping yang terbuka, dengan fasilitas angin bertiup.
Jadi ya, begitulah. Saya datang saat adzan sudah berakhir, dan khotib memulai khotbahnya.
Saya masih beruntung mendapat tempat di sisi masjid. Sayangnya, tidak beratap. Tanpa kipas angin, apalagi AC. Suara khotib melalui loudspeaker pun kurang jelas sampai di luar masjid.Â
Bahkan, siang ini meski mendung, sesekali matahari muncul dan menyoroti khusus kepada para jamaah Masjid Baabbussalam yang suka datang telat, sengaja atau tidak sengaja.
*