Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagi Edhy dan Juliari, Korupsi Itu Indah

7 Desember 2020   14:30 Diperbarui: 7 Desember 2020   14:32 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apapun itu terasa indah bagi penggemarnya, penghobi, penyuka, dan pasti para penggilanya. Bahkan korupsi pun ada yang menggilai. Hingga sikap dan perilaku mereka sangat gila-gilaan. Biasanya orang hanya gila pada makanan tertentu, musik tertentu, busana tertentu, dan gaya hidup tertentu. Kini korupsi pun digilai orang.

Itulah salah satu sisi negeriku. Luar biasanya indah dalam arti ibroh, alias contoh buruk, tidak untuk ditiru. Tidak untuk dielu-elukan. Bagi mereka yang sudah terlanjur gila, biarlah kelak menjadi urusan KPK. Orang lain yang masih waras dan "eling" tolong jauhi.

Kembali ke diksi "indah". Apapun itu ada selalu sisi indahnya. Sebab memang begitulah ciptaan-Nya. banyak yang diluar jangkauan akal menusia, sebab memang keterbatasan akal itu sendiri. Nikmatnya makan kesukaan itu indah. Merasai menikah dengan kekasih pujaan itu indah. Alam raya yang tergelar di pagi hari yang cerah itu indah. Dan banyak lagi dapat disebut. Termasuk yang agak sarkas: Selingkuh itu Indah. Itu judul sebuah cerpen karya seorang cerpenis terkenal. Sayangnya belum ada cerpenis yang menulis dengan judul "Korupsi Itu Indah". Entah kelak.

Kalau tidak percaya bahwa korupsi itu indah, maka tanyakan saja pada Edhy Prabowo, yang belum lama ini terkena opeasi tangkap tangan KPK. Ia mantan Menteri KKP, salah satu tangan kanan Subianto Prabowo pada partai Gerindra, yang dijadikan tersangka karena kasus ekspor benih lobster.

Keindahan itu menjadi lebih fenomenal sebab dilalui dengan berwisata dan shooping ke Amerika Serikat. Hanya hitungana beberapa jam dari suasana indah berubah menjadi musibah. Petugas KPK sudah menjemput di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.

Masih juga belum percaya bahwa korupsi itu indah? Tanya lagi pada Juliari Batubara, yang menyulus terkena operasi tangkap tangan kasus bantuan sosial Pandemi Covid-19. Ia Menteri Sosial, dan memanfaatkan kedudukannya itu untuk korupsi. Indah, sebab di kantornya ada berkoper-koper uang tunai. Ya, uang, bukan guntingan kertas koran. Nilainya miliaran rupiah.

Harap perhatikan cermat beda antara kata "pejabat korupsi" dengan "koruptor". Komedian Cak Lontong dengan kocak membedakannya. Seseorang masih pejabat meski korupsi manakala belum terkuak tindak kriminalnya. Begitu laku busuk terendus, dan kemudian harus berurusan dengan lembaga antirusuah, berubahlah statusnya menjadi "koruptor". Maka nuansa keindahan pun seketika lenyap, raib,  musnah, habis tak bersia. Yang ada tinggal dingin-sepi- dan malunya mendekam murung di ruang penahanan di KPK. Sama sekali tidak indah.

Herannya, kenapa banyak orang yang hanya melihat dan mimpi hal-hal indahnya saja? Mengapa tidak membayangkan sisi buruk-nista dan mungkin putus-asa lantaran merasa tercampak begitu rupa?

Kalau sudah begitu keadaannya setiap koruptor akan berharap bahwa seua cerita yang dialaminya itu hanya fiksi, tak nyata, karangan belaka.  

*

Korupsi selalu berarti merugikan. Terkait dengan suap dalam perkara ekspor benih lobster kerugian diderita para pengusaha yang bergerak dalam bidang perikanan, masyarakat perikanan, dan banyak lagi. Negara ikut dirugikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun